Paxlovid
Pfizer BioNTech (REUTERS/STEPHANE MAHE)

Hasil studi yang dirilis Pfizer pada Desember 2021 mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang menunjukkan pengobatan antivirus oral menggunakan Paxlovid secara signifikan mengurangi risiko rawat inap dan kematian terkait COVID dibandingkan dengan plasebo.

Berdasarkan temuan ini, pihak perusahaan meminta FDA untuk mengizinkan obat itu digunakan dalam perawatan COVID-19.

Dalam studi fase 2/3 yang dikenal sebagai EPIC-HR yang melibatkan peserta dengan gejala COVID-19, berada pada peningkatan risiko penyakit parah karena usia atau kondisi medis yang mendasarinya, dan tidak dirawat di rumah sakit.

Sebanyak 2246 peserta penelitian menggunakan plasebo atau pengobatan Paxlovid dua kali sehari selama lima hari dan memulai pengobatan dalam waktu lima hari setelah timbulnya gejala.

Pada 28 hari setelah pengobatan, mereka yang menggunakan Paxlovid dalam waktu lima hari dari awal gejala memiliki penurunan risiko keparahan penyakit sebesar 88 persen dibandingkan dengan plasebo.

Paxlovid merupakan terapi antivirus protease inhibitor yang terdiri dari obat yang disebut nirmatrelvir dan obat HIV ritonavir. Nirmatrelvir dikembangkan Pfizer yang mampu mengganggu kemampuan virus corona untuk bereplikasi.

Sementara Ritonavir memperlambat pemecahan nirmatrelvir yang berarti tingkat nirmatrelvir dalam darah lebih tinggi dan antivirus bisa bekerja lebih banyak untuk jangka waktu lebih lama.

Hasil studi laboratorium Pfizer menunjukkan, Paxlovid bahkan efektif melawan varian Omicron. Tetapi peneliti menekankan, obat antivirus bukanlah pengganti untuk mendapatkan vaksinasi. Vaksin COVID-19 tetap lebih penting dan dibutuhkan sebagai bagian dari pertahanan terhadap ancaman virus.

Baca juga: Merck ajukan izin untuk tablet COVID-19 molnupiravir

Baca juga: Program WHO disebut akan beli molnupiravir dan obat COVID lain

Baca juga: Molnupiravir, kandidat baru obat COVID-19?


Halaman Selanjutnya: Fluvoxamine

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021