COVID tetap menjadi ancaman bagi ekonomi global. Bukti awal menunjukkan varian Omicron lebih menular tetapi menghasilkan penyakit yang lebih ringan dibandingkan varian sebelumnya
Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia menguat pada perdagangan Selasa pagi, mengabaikan sesi lemah di Wall Street, karena pasar China mendukung dorongan Beijing untuk membantu perusahaan properti yang bermasalah, meskipun lonjakan kasus varian virus corona Omicron tetap menjadi kekhawatiran bagi investor.
Indeks-indeks utama saham AS mundur lebih dari satu persen karena jumlah kasus positif COVID-19 meningkat dan rancangan undang-undang pengeluaran sosial dan iklim Presiden Joe Biden mengalami kemunduran yang signifikan.
Suasana negatif agak cerah di awal jam perdagangan Asia dengan saham berjangka AS naik dan beberapa aset yang terpukul dalam aksi jual pada Senin (20/12) mendapatkan kembali pembelinya, meskipun volume tipis menjelang liburan akhir tahun.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 0,4 persen. Indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 1,79 persen karena investor membeli saham yang dilanda aksi jual besar-besaran Senin (20/12), sementara saham Australia naik 0,47 persen.
Sementara kemerosotan saham-saham global tampaknya berhenti, namun investor masih khawatir tentang risiko Omicron.
"COVID tetap menjadi ancaman bagi ekonomi global. Bukti awal menunjukkan varian Omicron lebih menular tetapi menghasilkan penyakit yang lebih ringan dibandingkan varian sebelumnya," tulis ekonom di CBA dalam sebuah catatan.
Di China, indeks saham unggulan CSI300 menguat 0,37 persen, sementara Indeks Komposit Shanghai meningkat 0,46 persen, dengan pengembang real estat memimpin kenaikan.
Pergerakan lebih tinggi terjadi karena China dilaporkan mendesak perusahaan-perusahaan properti swasta dan milik negara untuk mengakuisisi proyek real estat dari pengembang bermasalah guna mengurangi risiko tumpukan utang yang akan mengganggu stabilitas ekonomi.
Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka terangkat 0,56 persen.
Pada Senin (20/12), indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,23 persen, indeks S&P 500 turun 1,14 persen dan Komposit Nasdaq turun 1,24 persen.
Indeks-indeks utama Eropa juga dilanda aksi jual setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia akan memperketat pembatasan virus corona jika diperlukan, setelah Belanda memulai penguncian keempat dan lainnya di kawasan itu mempertimbangkan pembatasan Natal.
Selasa pagi, indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, turun di 96,512.
Imbal obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan naik menjadi 1,4225 persen dibandingkan dengan penutupan AS 1,419 persen pada Senin (20/12). Imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun, yang naik karena ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 0,6297 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 0,63 persen.
Harga minyak mulai pulih dari kekhawatiran penyebaran varian Omicron akan menghambat permintaan bahan bakar dan tanda-tanda membaiknya pasokan.
Minyak mentah AS naik 0,71 persen menjadi diperdagangkan di 69,1 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent juga menguat menjadi diperdagangkan di 71,9 dolar AS per barel. Sementara itu, emas sedikit lebih tinggi dengan harga spot diperdagangkan di 1791,32 dolar AS per ounce.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021