Manila (ANTARA News) - Pengadilan Filipina memberikan waktu bagi pemimpin pejuang Islam yang dipenjara untuk menunaikan solat Ied di masjid dekat Manila hari Selasa. Nur Misuari, guru besar sebuah universitas yang memimpin Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) akhir tahun 1960-an, diizinkan untuk bertemu dengan para pendukungnya untuk pertama kali sejak ia dimasukkan ke penjara tahun 2002. "Kami tidak menginginkan perang," kata Misuari kepada para wartawan setelah melakukan solat Ied di masjid besar bersama umat Islam dekat ibukota Filipina, Manila. "Kami ingin hidup normal. Kami tidak ingin diciduk lagi dari rumah. Kami menginginkan perdamaian," tambah Misuari Puluhan perugas polisi mendampingi Misuari dari kamp penjara di selatan Manila menuju Desa Marlika. MNLF menandatangani perjanjian dengan pemerintah Filipina tahun 1996, setelah terbentuk wilayah Otonomi Muslim tahun 1989 di empat propinsi di selatan pulau Mindanao dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Pada November 2001, para pengikut Misuari menyerang kamp angkatan darat di pulau Jolo setelah mengecam langkah pemerintah dalam penerapan kesepakatan damai yang diperantarai Indonesia. Misuari, yang saat itu gubernur Wilayah Otonomi di Mindanao, tidak senang dengan jumlah dana publik bagi rehabilitasi dan pembangunan wilayah miskin di selatan Filipina. Ia berusaha menghentikan penyelenggaraan pemilihan daerah di Mindanao yang mayoritas berpenduduk Muslim, namun tentara Filipina menghentikan aksinya itu dalam waktu kurang dari 24 jam. Langkah tentara Filipina itu membuat Misuari meninggalkan Filipina menuju negara bagian Sabah, Malaysia, tempat ia ditahan dan dikirim kembali ke Filipina. "Ini imbauan kepada Presiden Gloria Macapagal Arroyo agar melanjutkan pemberlakuan kesepakatan damai tahun 1996," kata Misuari, Selasa. "Kami yakin kami dapat mencapai perdamaian yang abadi di Mindanao." Ia juga memberikan indikasi bahwa ada perundingan bagi pembebasan dirinya dari penjara berdasarkan kesepakatan amnesti. "Pemerintah akan rugi jika terus memenjarakan saya," ujar dia. November lalu, para pemimpin Front Pembebasan Islam Moro (MILF) -- rivalnya MNLF, mengimbau Arroyo agar membebaskan Misuari atas dasar kemanusiaan, sambil menyebutkan kesehatan Misuari yang makin memburuk. MILF telah mengadakan pembicaraan dengan pemerintah sejak tahun 2001 tentang kesepakatan damai untuk mengakhiri konflik yang menewaskan lebih dari 120.000 orang dan menghambat pembangunan Mindanao yang kaya sumber alam. MILF didirikan tahun 1984 oleh para anggota MNLF yang membangkang pimpinan Salamat Hashim, ulama Islam yang meninggal tahun 2003. Para jaksa pemerintah menentang langkah bagi pembebasan Misuari, sambil menyebut alasan keamanan, namun mereka tidak keberatan ketika pengadilan tersebut memberikan Misuari waktu untuk menunaikan solat Ied hari Selasa.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006