Jakarta (ANTARA News) - KBRI Abu Dhabi dan "Enterpreneur University" menyediakan pelatihan bagi sebanyak 60 tenaga kerja wanita (TKW) bermasalah, untuk bekal mereka menjadi pengusaha sepulang ke Tanah Air.
"Pak, saya cuma lulusan S nol, tidak seperti bapak, bagaimana bisa saya jadi pengusaha?" tanya Halimah, salah seorang peserta, dengan polos, demikian siaran pers KBRI Abu Dhabi yang diterima Minggu.
Halimah merasa perlu menyebutkan latar belakang pendidikannya yang hanya lulus sekolah dasar, dan ragu apakah dia bisa menjadi pengusaha ketika kembali ke kampung halamannya di Indramayu, Jawa Barat.
Para peserta lain menatap dengan takjub narasumber yang menceritakan kesuksesannya sebagai wiraswasta.
Suasana tersebut terekam pada kegiatan pelatihan bertajuk "Akselerasi Bisnis dan Bagaimana Mendapatkan Modal" yang disampaikan oleh Didi Junaedi FP, MF, pengajar dari Entrepreneur University.
Kegiatan di aula KBRI Abu Dhabi berlangsung pada 21 Mei lalu, dan merupakan salah satu kerja sama KBRI Abu Dhabi dengan Entrepreneur University yang menghadirkan narasumber yang telah sukses menjalankan wirausaha di berbagai bidang.
Sejak pelatihan ini diselenggarakan, para TKW menerima lima sesi pelatihan, selama 1,5 - 2 jam setiap kali, antara lain "branding", berkebun emas, kuliner, dan "spiritual entrepreneur".
Dubes RI, M. Wahid Supriyadi yang ikut hadir pada sesi pelatihan tersebut menyatakan, besar harapannya di kemudian hari para TKW termotivasi untuk mengubah pola berpikirnya, yaitu tidak lagi ke luar negeri menjadi TKW dengan menempuh risiko yang tinggi dan meninggalkan keluarga.
"Pelatihan dengan berbagai materi yang diberikan diharapkan dapat menginspirasi para TKW untuk mengikuti jejak para narasumber dengan melihat kesuksesan yang berhasil diraih," tuturnya, berharap.
Ditambahkan, KBRI Abu Dhabi mendorong pihak terkait untuk lebih mengutamakan pengiriman TKI formal ke Timur Tengah dibanding informal, khususnya ke Uni Emirat Arab. Peluang di sektor formal masih terbuka luas dan mendapat jaminan kepastian hukum.
Lebih lanjut, Dubes Wahid menyebutkan bahwa tingkat prosentasi entrepreneur Indonesia masih tertinggal jauh hanya 0,18 persen dibanding Malaysia yang telah mencapai 7,3 persen dan India 10 persen.
Untuk itu, pembelajaran dari berbagai nara sumber yang pakar di bidangnya sangat bermanfaat bagi pembangunan Indonesia di masa mendatang, katanya.
Saat ini tercatat sekitar 60 orang yang bergabung dalam EU yang umumnya berasal dari kalangan profesional. Mereka umumnya memiliki keinginan untuk berinvestasi dan membuka usaha di Indonesia, namun terkendala oleh minimnya pengetahuan tentang peluang dan tata cara berbisnis.
KBRI menyediakan fasilitas ruang kuliah, sebagai gantinya para pengajar diminta untuk menularkan pengetahuannya kepada para TKW bermasalah di penampungan KBRI Abu Dhabi.(*)
(T.M016/C004)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011