"Ciri generasi Z itu belajarnya semua sendiri, tidak mau didikte macam-macam sehingga yang agak saya paksakan untuk ngaji dan salat saja,"
Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menuturkan bahwa generasi Z atau penduduk yang lahir pada kurun 1997-2012 tidak perlu mendapat paksaan dalam menentukan materi yang harus dipelajari.
"Kita tidak boleh memaksakan dia harus belajar apa, karena dia bisa lebih tahu harus belajar apa untuk dirinya ke depan dengan teknologi informasi," kata Muhadjir saat menyampaikan pidato kunci dalam Sidang Terbuka Senat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan agenda Upacara Milad ke-61 UAD di Amphitarium Kampus 4 UAD Yogyakarta, Senin.
Menurut Muhadjir, untuk mendidik anak yang masuk kategori generasi Z tidak bisa disamakan dengan cara menyikapi generasi baby boomer atau yang lahir pada1946 hingga 1964.
"Pengennya kita itu kan ingin mengarahkan, mengintervensi kayak zaman saya waktu kecil, ternyata itu sudah tidak lagi. Mereka betul-betul menjadi anak zaman seperti kata Ali (sahabat Nabi Muhammad SAW) harus kita ikhlaskan, kita do'akan agar mereka berhasil," ucap dia.
Menurut Muhadjir, realitas itu perlu disadari oleh para orang tua.
Muhadjir kemudian menceritakan bagaimana menghadapi puteranya yang kini masih duduk di bangku kelas 3 SD.
Baca juga: Menko PMK: Semua mahasiswa harus menguasai teknologi informasi
Baca juga: Menko PMK ingatkan pemimpin era disrupsi harus luwes dan adaptif
Dalam belajar, ia menceritakan bahwa puteranya yang masuk golongan generasi Z mampu belajar serta mengakses beragam wawasan secara mandiri melalui internet.
"Ciri generasi Z itu belajarnya semua sendiri, tidak mau didikte macam-macam sehingga yang agak saya paksakan untuk ngaji dan salat saja," kata dia.
Dengan berselancar di dunia maya, ujar Muhadjir, puteranya tidak jarang memiliki wawasan yang justru belum pernah ia ketahui sebelumnya.
"Dia sudah menjadi bagian 'global citizen', jadi penduduk dunia, bukan lagi penduduk Jakarta atau Bantul, karena dia menguasai berbagai macam tentang dunia cukup belajar dari Youtube, dari media soaial yang lain," kata dia.
Oleh karena itu, ia berharap seluruh lembaga pendidikan, khususnya sekolah Muhammadiyah dapat merespons realitas itu dengan memberikan pola pendidikan yang tepat bagi generasi Z.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2020, ia menyebutkan proporsi generasi Z mencapa 27,94 persen dari total 270,20 juta penduduk Indonesia.
Baca juga: Presiden: Kita beruntung Nadiem berpengalaman soal teknologi
Baca juga: Wapres: Investasi gizi jadi kunci bentuk masa depan bangsa berkualitas
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021