"Kita prihatin karena walikota Herman Abdullah melibatkan birokrasi pemerintahan mulai camat, lurah, ketua RW/RT se kota Pekanbaru. Herman menyuruh mensosialisasikan kepada masyarakat untuk memilih pasangan nomor urut satu," kata Royan kepada antaranews.com, Pekanbaru, Minggu.
Seharusnya, kata politisi asal Partai Golkar itu, para camat maupun lurah, ketua RW/RT se kota Pekanbaru bertugas untuk menyukseskan pemilukada tersebut.
"Tapi malah diberikan tugas untuk memihak satu pasangan calon," ujarnya.
Dirinya juga menyayangkan keterlibatan Ketua KPUD Kota Pekanbaru Yusri Munaf karena diduga membuka kotak suara usai pencoblosan tanpa disaksikan komisioner lainnya.
"Ketua KPUD kota Pekanbaru diduga ikut membantu memenangkan pasangan Firdaus-Ayat Cahyadi. Patut diduga, Yusri membuka kotak suara tanpa melibatkan komisioner KPUD," ujarnya.
Sementara itu, mantan Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Tenas Effendy menegaskan, kecurangan pemilukada di kota Pekanbaru merusak budaya Melayu.
"Soal kecurangan dalam proses Pemilukada Kota Pekanbaru, saya pribadi sangat membencinya karena menyalahi peraturan, serta melanggar etika moral, adat dan budaya Melayu yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan," kata Tenas.
Ia menyebutkan, pihak manapun juga yang memperoleh kemenangan dengan cara-cara yang tidak jujur, menipu, tentulah merupakan kemenangan yang tidak sesuai dengan budaya Melayu yang Islami, dan tidak akan beroleh keberkahan dan ridho Allah," ujar Tenas.(*)
(Zul/R009)
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011