Penggunaan tempat tidur perawatan pasien semakin rendah
Yogyakarta (ANTARA) - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Yogyakarta memastikan seluruh rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 tetap menjaga komitmen untuk menyediakan 30 persen tempat tidur perawatan bagi pasien COVID-19 sebagai antisipasi potensi meningkatnya kasus.
“Kesepakatan penyediaan 30 persen kapasitas tempat tidur untuk penanganan COVID-19 tetap menjadi komitmen bersama dari seluruh rumah sakit (RS) rujukan di Yogyakarta sampai sekarang,” kata Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.
Namun demikian, lanjut Heroe, rumah sakit yang sudah mengalihkan penggunaan tempat tidur tersebut untuk penanganan pasien lain akibat kasus COVID-19 di Kota Yogyakarta yang cukup landai.
Saat ini, rata-rata bed occupancy rate (BOR) untuk perawatan pasien COVID-19 baik perawatan untuk perawatan kritis dan isolasi hanya sekitar 3-4 persen.
Baca juga: Sultan HB X minta antisipasi kerumunan saat libur akhir tahun
Baca juga: Yogyakarta siapkan tes acak antigen wisatawan libur akhir tahun
“Penggunaan tempat tidur perawatan pasien semakin rendah. Makanya, rumah sakit mengalihkan penggunaan tempat tidur tersebut untuk penanganan pasien lain,” katanya.
Namun demikian, Heroe memastikan, rumah sakit akan cepat menambah jumlah tempat tidur jika pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit kembali naik akibat terdeteksinya pasien terpapar varian Omicron di Indonesia.
“Kami terus melihat bagaimana perkembangan kasus di Yogyakarta dari hari ke hari. Varian baru tersebut memang dikabarkan menyebar dengan cepat namun tidak meningkatkan keparahan infeksi,” katanya.
Selain kesiapan rumah sakit rujukan, Heroe juga memastikan dua selter penanganan COVID-19 di Kota Yogyakarta juga siap menampung pasien meski satu selter yaitu di Rumah Susun Bener untuk saat ini tidak aktif.
“Selter di Rusun Bener tidak dilengkapi petugas kesehatan. Tetapi sewaktu-waktu dibutuhkan bisa dioperasionalkan kembali,” katanya.
Ia juga meminta wilayah untuk bersiap mengaktifkan kembali selter isolasi mandiri di kampung ketika ada kenaikan kasus.
“Potensi kenaikan kasus bisa disebabkan oleh mobilitas yang tinggi. Untuk Kota Yogyakarta, yang perlu diantisipasi adalah meningkatnya kunjungan wisatawan menjelang libur akhir tahun,” kata Heroe.
Ia pun berharap, wisatawan dan seluruh pelaku wisata tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat sebagai salah satu upaya mencegah potensi penularan.
Hingga Minggu (19/12), kasus aktif di Kota Yogyakarta tersisa 38 kasus.
Baca juga: KSP gelar forum konsolidasi penanganan COVID-19 di Yogyakarta
Baca juga: Yogyakarta petakan titik kerumunan selama libur akhir tahun
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021