Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku terpaksa "tahan bicara" selama dua bulan, untuk mendukung keberhasilan operasi pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia selama hampir 46 hari.
"Saya lega, akhirnya bisa menjelaskan secara utuh dan terbuka kepada rakyat Indonesia. Saya terpaksa menahan diri selama dua bulan untuk tidak memberikan penjelasan yang tidak perlu karena saya tidak ingin prajurit-prajurit yang sedang mengemban tugas jiwa dan raganya terkorbankan," katanya di Jakarta, Minggu.
Berbicara saat menerima Satuan Tugas Merah Putih dan Duta Samudra I/2011, Presiden mengatakan, oleh karena itu meski banyak komentar, banyak kritik, banyak ulasan dirinya memilih diam.
"Sekali lagi, operasi khusus seperti itu memerlukan kerahasiaan, memerlukan keamanan, pelaksanaanya memerlukan kecepatan, dan juga pendadakan. Oleh karena itu, kalau kita obral apa yang akan, sedang kita lakukan maka sama saja kita memberi tahu musuh, lawan, untuk setiap saat bisa menggagalkan operasi kita dan bisa menghancurkan satuan kita sendiri," katanya.
Pada kesempatan itu, Presiden menuturkan secara terbuka seluruh proses pembahasan yang dilakukan Pemerintah dalam upaya membebaskan kapal Sinar Kudus berikut 20 ABK dengan selamat.
"Saya persilakan perwira ajajaran TN terutama mengemban tugas menjelasan dan menceritakan kebenaran karena kebenaran itu abadi setelah diceritakan serahkan kepada Tuhan, dan sesungguhnya dengan menceritakan semuanya, kalian telah melaksanakan tugas pokok yang diberikan," katanya.
Sejak hari pertama Sinar Kudus dibajak, Yudhoyono mengaku telah dilapori para menterinya. Presiden lantas langsung menggelar lima rapat terbatas berturut-turut untuk menyiapkan pemberangkatan Satuan Tugas untuk pembebasan dari perompak Somalia.
Bahkan, Satuan Tugas pun dibekali dengan persenjataan lengkap untuk melangsungkan operasi militer. Hanya, takdir menggariskan lain. Pemilik kapal memilih membayar tebusan.
"Kenapa kita kirimkan kekuatan lebih dari satu batalion, karena kita sudah siapkan segalanya. Operasi dirancang untuk melakukan sesuatu yang lebih dari yang ditakdirkan Tuhan," tuturnya.
Presiden menegaskan, seluruh langkah-langkah cepat yang disiapkan Pemerintah tentu saja tidak diketahui publik termasuk dalam waktu yang singkat memproyeksikan kekuatan yang ada.
"Dilihat dari jarak yang begitu jauh, dengan jumlah kekuatan yang dikerahkan, jelas ini bukan operasi biasa. Dan di dunia mana pun tidak ada operasi militer yang dibocorkan ke publik, karena itu sama saja dengan setor nyawa," ujar Yudhoyono.(*)
(T.R018/A011)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011