Penghargaan ini tentu bukan akhir dari perjuangan kami

Malang (ANTARA) - Rumah Sakit (RS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meraih penghargaan sebagai rumah sakit rujukan COVID-19 terbaik di Jawa Timur yang melayani pasien di wilayah Malang dan sekitarnya.

Penghargaan itu diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2021 yang diterima perwakilan dari RS UMM, Thontowi Djauhari.

Dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Senin, Thontowi Djauhari mengatakan bahwa meskipun RS UMM adalah kelas C, fasilitas penanganan COVID-19 yang dimiliki tergolong lengkap dibanding RS kelas C pada umumnya.

"Fasilitas-fasilitas tersebut meliputi pelayanan COVID-19 maternal untuk ibu hamil dan melahirkan, ruang cuci darah, serta ruang operasi khusus pasien yang terpapar virus corona," katanya.

Dengan fasilitas-fasilitas tersebut, lanjutnya, banyak pasien COVID-19 dirujuk ke RS UMM. Terhitung sudah ada 1.867 pasien COVID-19 yang telah dirawat hingga saat ini.

"Dengan penghargaan RS rujukan terbaik ini, alhamdulillah kerja keras kami membuahkan hasil yang baik. Yang lebih membanggakan lagi, RS UMM merupakan satu-satunya RS swasta yang menerima penghargaan tersebut,” kata dokter RS UMM itu.

Baca juga: UMM kembangkan RS Darurat Penanganan COVID-19

Baca juga: UMM gandeng Kementerian PUPR-BNPP bangun RS Lapangan COVID-19

Sebelumnya, RS UMM juga mendapatkan penghargaan dari Bupati Malang Sanusi dan Dinas Kesehatan Kota Batu.

Direktur RS UMM, Prof Dr Djoni Djunaedi mengatakan bahwa pemberian penghargaan tersebut terkait dengan kontribusi RS UMM dalam penanganan pandemi COVID-19 di Kota Malang dan sekitarnya.

“Selain merawat pasien COVID yang di rujuk ke RS UMM, kami bersama Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) juga membantu pasien-pasien COVID-19 yang harus melakukan isolasi mandiri di gedung YPPII Kota Batu. Jadi, YPPII menyediakan tempat isolasi mandiri bagi warga kota Batu, sementara kami mengirimkan dua dokter dan 19 perawat untuk mendampingi pasien selama 24 jam,” kata Djoni.

Lebih lanjut, Djoni mengatakan bahwa sekali RS UMM terjun menangani pendemi COVID-19, maka harus melakukannya sampai tuntas. Jadi, saat banyak rumah sakit yang tidak bisa menyediakan fasilitas tertentu bagi pasien COVID, RS UMM harus bisa menyediakannya.

“RS swasta identik untuk mementingkan profit. Namun, kami adalah RS Muhammadiyah yang berslogan 'Dari Muhammadiyah untuk Bangsa'. Jadi, pelayanan kami juga termasuk pengabdian untuk bangsa. Penghargaan ini tentu bukan akhir dari perjuangan kami, ke depannya kami akan terus berjuang untuk kesehatan masyarakat. Semoga keberadaan RS UMM dapat berguna bagi masyarakat luas,” ujar Djoni.

Senada dengan Djoni, pengurus YPPII Roland Oktavianus mengatakan penyediaan tempat isolasi mandiri ini diperuntukkan untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan COVID-19 seperti di India. Bersama sang adik yang merupakan dokter di Wisma Atlet Jakarta, Roland membuat tempat isolasi di gedung YPPII semirip mungkin dengan Wisma Atlet Jakarta.

“Gedung ini mulai beroperasi sejak Maret 2021. Gedung YPPII ini memiliki 43 kamar dan dapat menampung 180 orang. Sampai bulan November 2021, tercatat ada 1.038 pasien isolasi mandiri yang dirawat di sini,” kata Roland

Lebih lanjut, Roland mengatakan untuk keperluan dokter dan perawat bekerja sama dengan RS UMM. Selama masa kenaikan kasus COVID-19 di kota Batu, YPPII dan RS UMM telah berjuang dengan keras agar para pasien segera pulih.

“Memasuki bulan Desember ini gedung YPPII telah kosong, karena pasien COVID-19 di kota batu telah menurun. Saya bersyukur berkat sinergi antara YPPII dan RS UMM ini, pandemi COVID-19 di kota Batu dapat ditekan,” pungkasnya.

Baca juga: UMM kembangkan rumah sakit pendidikan utama

Baca juga: Kapuskes TNI: Isolasi terpusat kurangi beban RS rawat pasien COVID-19

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021