Jambi (ANTARA News) - Sekitar 9.000 hektare tanaman sawit milik warga di tiga kecamatan habis daunnya dilahap ulat api yang kembali menyerang kebun sawit di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
"Serangan sudah berlangsung semenjak awal Mei, dan kini dampaknya telah 9.000 hektare lahan milik rakyat habis digunduli oleh ulat api, warga pun kini bingung tak tahu harus berbuat apa lagi," kata Sunarto, Kasubag Umum kantor Kecamatan Pemenang Selatan Sunarto, di Bangko, Jumat.
Ia menjelaskan, berbagai upaya dan tindakan telah dilakukan warga seperti melakukan foging atau pengasapan, namun tindakan itu tidak cukup bisa membendung kerakusan ulat api tersebut.
Selain itu, tambahnya, pihak pemerintahan desa dan kecamatan juga sudah melaporkan kejadian serangan hama ulat api tersebut kepada Bupati H Nalim dan kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
"Namun hingga saat ini belum ada tanggapan dari dinas instansi terkait, buktinya belum ada satupun petugas dari dinas tersebut yang turun ke lapangan melihat telah gundulnya pohon-pohon sawit produktif warga ini," terang Sunarto.
Lebih jauh dia merinci, adapun kecamatan yang terserang adalah Pemenang Selatan, Renah Pemenang dan Pemenang Barat, bahkan diketahui serangan ulat api tersebut juga sudah sampai menyerang di kecamatan Bangko Barat.
"Belasan desa eks-transmigrasi telah jadi korbannya, diantaranya yang paling parah Desa Bukit Bungkul, Tambang Mas, Meranti, Tanjung Benuang, Pasan, Pulai, Sungai Kapas, Bukit Bening, dan Sungai Putih. Di Pemenang Selatan Sendiri ada enam desa yang terparah," katanya.
Serangan ulat api adalah yang kedua kali terjadi setelah pada Februari lalu serangan serupa juga menyerang kecamatan pemenang barat dengan telah menghabiskan belasan ribu hektare lahan sawit warga di Pemenang Barat.
Saat itu, tingkat serangan dapat dihentikan setelah tim dari Provinsi Jambi dengan peralatan penanganan canggih turun tangan bersama perusahaan yang menaungi perkebunan tersebut turun tangan.
"Serangannya sangat ganas, ulat-ulat api itu melahap habis dedaunan sawit dan `pupus` atau pucuk daun sawit, sehingga sawit jadi gundul tinggal batang dan lidi," katanya.
Meskipun ulat-ulat tersebut tidak menyerang tandan buah, namun tetap saja akibat serangannya terhadap daun dan pupus tersebut mengakibatkan terganggung perkembangan pohon.
"Ulat api tersebut memang tidak mengganggu buah, namun akibat serangannya baru akan bisa dipulihkan setelah minimal satu tahun pasca serangan, ini kan sangat merugikan bagi petani, karena itu kita sangat mengharapkan pihak Dihutbun segera turun tangan membantu,`` tandas Sunarto.
(KR-BS/R010)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011