Trenggalek (ANTARA News) - Banjir bandang yang sempat merendam sejumlah kawasan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, berangsur surut.

Pantauan ANTARA di lapangan, Jumat siang, air bah yang sebelumnya sempat memutus jalan utama menuju pusat Kota Trenggalek di Kelurahan Kelutan pada pukul 12.00 WIB telah surut.

Demikian juga dengan kondisi daerah lainnya. Namun, air terus bergerak ke sejumlah kawasan yang posisinya lebih rendah sehingga menyebabkan kepanikan warga terjadi secara berantai.

"Meski sebagian besar telah surut, beberapa pemukiman sampai saat ini masih terendam. Banjir ini biasanya akan terus bergerak ke daerah yang lebih rendah hingga mendekati muara Sungai Ngasinan ke Bendungan Niama di Kabupaten Tulungagung," kata Kabid Kebencanaan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, Sukamto.

Ia menambahkan, genangan air sementara masih terlihat sejumlah pemukiman di Kecamatan Trenggalek dan Pogalan dengan ketinggian air sekitar satu meter lebih.

Meski inventarisasi kerusakan maupun kerugian akibat bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sedikitnya sembilan kecamatan di kota penghasil keripik tempe ini masih bersifat sementara, Sukamto menyatakan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Warga hingga berita ini ditulis pada pukul 15.30 WIB masih terus bahu-membahu membersihkan rumah masing-masing yang sebelumnya sempat terendam banjir hingga ketinggian 1,5 meter lebih.

Tujuh rumah di Kecamatan Karangan, Suruh, serta Munjungan dipastikan mengalami kerusakan cukup parah. Beberapa bahkan ambruk sama sekali karena diterjang air bah setinggi dada orang dewasa.

Selain melanda pemukiman warga, banjir di Kecamatan Munjungan juga menyebabkan dua unit ruang kelas MI Karangtalun hanyut tergerus banjir.

Belum diketahui secara pasti kerugian yang ditimbulkan akibat banjir dan tanah longsor yang mulai terjadi pada Jumat dinihari pukul 00.30 WIB tersebut.

Namun jika mengacu luasnya area terdampak, kerugian materiil yang ditimbulkan diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Sebab selain menyebabkan sejumlah bangunan warga dan sarana publik hancur, sedikitnya empat jembatan terputus.

Informasi dari berbagai sumber di lapangan, hujan deras memang sempat mengguyur hampir seluruh wilayah Trenggalek sejak Kamis (19/5) sore (sekitar pukul 19.00 WIB) hingga Jumat pagi.

Diduga, tingginya curah hujan menyebabkan drainese alam yang ada di kawasan pegunungan tidak mampu menyerap air secara normal. Akibatnya, aliran air yang berasal dari langit terakumulasi dalam bentuk aliran yang terus membesar dan berubah menjadi air bah.

Banjir bandang terbesar terakhir kali terjadi pada tahun 2006. Saat itu, hujan deras yang mengguyur salah satu kawasan pesisir selatan Jawa tersebut bahkan menyebabkan pusat Kota Trenggalek lumpuh total.

Selain itu, hujan yang mengguyur selama tiga hari berturut-turut saat itu juga menyebabkan beberapa kawasan mengalami longsor. Sedikitnya 13 orang meninggal dan ratusan KK terpaksa diungsikan.

Banjir serupa juga sempat terjadi pada tahun 2007 tetapi dengan eskalasi lebih kecil.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011