Sekelompok peneliti dari Institut Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Bidang Pertanian, yang terafiliasi dengan Akademi Ilmu Pertanian China, mengembangkan struktur penutup rumah kaca baru tersebut dengan memanfaatkan pemisahan spektrum cahaya matahari, papar harian China Science Daily.
Cahaya tampak, dengan ukuran panjang gelombang dari 400 nanometer (nm) hingga 780 nm, sangat penting untuk mendorong proses fotosintesis tanaman di rumah kaca.
Namun, cahaya inframerah dekat, dengan panjang gelombang dari 780 nm hingga 2.500 nm, memiliki sedikit kontribusi terhadap pertumbuhan tanaman dan dapat menyebabkan panas berlebih (overheating) pada rumah kaca.
Pengujian yang dilakukan oleh kelompok penelitian tersebut menunjukkan bahwa atap surya baru itu dapat mentransmisikan cahaya tampak dengan kemampuan meneruskan cahaya harian sebesar 40 persen, dan mengubah cahaya inframerah dekat menjadi listrik pada saat bersamaan, sehingga memastikan pertumbuhan normal pada tanaman di rumah kaca dengan tingkat konsumsi energi pendingin yang lebih sedikit.
Listrik yang dihasilkan oleh atap itu, dengan tingkat efisiensi fotovoltaik harian penuh sebesar 6,88 persen, juga dapat menyediakan daya untuk operasional sehari-hari rumah kaca tersebut.
Temuan penelitian itu telah dipublikasikan dalam jurnal Energy Conversion and Management.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021