Pak SBY mengikuti itu dengan disiplin, jadi sebetulnya bukan diet mengurangi makan tapi mengatur gizi sesuai dengan umur dan kegiatan kita

Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diet. Pengakuan itu dia sampaikan kepada wartawan sembari menunggu tamunya, seorang editor senior asal Amerika Serikat, Kamis siang di Kantor Kepresidenan, Jakarta.

"Teman-teman, saya dengar ada yang nanya soal berat badan saya. Iya, saya diet," katanya.

Diet ala presiden tentu saja mujarab. Dalam beberapa minggu, berat badan Presiden Yudhoyono turun sekitar sepuluh kilogram. Meski cukup sukses, ia akan terus menurunkan berat badannya dalam tiga sampai lima minggu.

"Tiga sampai lima kilogram lagilah," katanya tentang target penurunan berat badan.

Yudhoyono tidak menyebut secara rinci alasan `ikhtiar` diet yang dia lakukan; apakah karena kelebihan berat badan? ataukah karena usul tim dokter karena alasan kesehatan tertentu?

Yang jelas, Yudhoyono membantah kalau dia menderita stroke ataupun gejalanya. "Tidak benar stroke," katanya.

Sebelum kabar bahwa Presiden Yudhoyono diet menyebar, presiden pun sudah melakukannya. Lemak dan kolesterol menjadi alasan mereka mengatur pola makan.

Sebut saja Presiden Venezuela, Hugo Chavez. Dalam sebuah acara televisi November 2009 silam, Chavez terang-terangan mengajak warganya untuk menganut pola makan sehat dan mengurangi konsumsi lemak. Dia menganggap banyak orang gemuk di negeri itu.

Sama seperti Yudhoyono, Chavez sendiri telah mengurangi berat badan hingga mencapai sekitar sepuluh kilogram. Lagi-lagi, sama seperti SBY, Chavez masih ingin mengurangi berat badannya, demikian dilaporkan oleh The Associated Press.

Chavez mengatakan, diet dan olahraga membuatnya merasa lebih kuat dan semakin siap memimpin Revolusi Bolivarian--sebuah nama revolusi yang dia berikan untuk gerakan politik yang terinsipirasi oleh paham sosialis.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama juga diet. The Telegraph pada Meret 2010 silam melaporkan, salah satu alasan diet Obama adalah kolesterol.

Dokter Gedung Putih, Kapten Jeffrey Kuhlman saat itu mengatakan, level kolesterol Obama mencapai 209, terdiri dari kolesterol "jahat" atau LDL (Low Density Lipoprotein) mencapai 138 milligram per desiliter darah, sedangkan kolesterol "baik" atau HDL (High Density Lipoprotein) hanya 62.

Sementara itu, Juru Bicara Gedung Putih, Robert Gibbs menjelaskan, Obama berkomitmen untuk mengurangi aneka macam hidangan penutup yang berlemak. Dia menyebut, Obama akan lebih sering menolak menyantap pie yang dihidangkan di meja makannya.

Timbunan kolesterol di tubuh Obama ketahuan setelah dia menjalani cek kesehatan rutin di pusat kesehatan militer di Maryland. Cek kesehatan selama 90 menit itu dilakukan secara menyeluruh oleh tim dokter kepresidenan.

Makan banyak
Pihak Istana Kepresidenan belum memberikan pernyataan tegas dan resmi mengapa Presiden Yudhoyono mendadak diet.

Istana juga belum membeberkan apakah ada kaitan antara diet dan cek kesehatan rutin yang dilakukan presiden beberapa waktu lalu. Saat itu, Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha menegaskan, pemeriksaan itu adalah prosedur resmi yang biasa dijalani oleh presiden. Tidak ada sesuatu yang mengganggu kesehatan presiden, katanya.

Yang jelas, kata Staf Khusus Kepresidenan Bidang Informasi dan Hubungan Masyarakat Heru Lelono, presiden tidak mengurangi frekuensi makan meski sedang diet.

"Pak SBY mengikuti itu dengan disiplin, jadi sebetulnya bukan diet mengurangi makan tapi mengatur gizi sesuai dengan umur dan kegiatan kita," katanya.

Heru pun mengaku menjalani program yang sama. Menurut Heru, diet versi presiden yang juga dijalaninya memungkinkan untuk makan beberapa kali sehari, misalnya pada pukul 07.00, pukul 10.30, pukul 12.30 dan pukul 17.00.

Menu makanan yang diberikan harus diatur, seperti ikan, putih telur, serta tahu dan tempe dengan mengurangi konsumsi minyak goreng.

"Sebetulnya makanannya banyak, tapi diatur," ujar Heru.

Sejumlah media massa bahkan memberitakan bahwa presiden bisa makan tujuh kali dalam sehari.

Jeanne Hachette, seorang pembaca berita yang dimuat oleh media massa nasional berbahasa Inggris berkomentar, "Makan tujuh kali sehari, mungkin presiden sedikit depresi karena pemberitaan yang menyatakan popularitasnya merosot dan penurunan kinerja para menteri."

"Presiden makan tujuh kali sehari. Sekarang saya berpikir berapa kali orang miskin dapat makan?" demikian komentar Valkyrie, pembaca lainnya.
(F008)

Oleh F.X. Lilik Dwi Mardjianto
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011