Motaain (ANTARA News) - Informasi mengenai kedatangan tiga jenazah warga sipil eks pengungsi Timor Timur (Timtim) yang ditembak mati Kepolisian Timtim Jumat (6/1) lalu simpang siur, sehingga sekitar 2.000 massa yang menunggu di Motaain, perbatasan NTT dengan Timtim masih bertahan hingga Senin petang. ANTARA melaporkan dari perbatasan, massa tidak mendapatkan informasi akurat soal jam kedatangan jenazah Jose Mausorte, Candido Mariano dan Stanis Maubere, yang ditembak Kepolisian Timtim saat mereka sedang memancing di Sungai Malibaca yang memisahkan wilayah NTT dengan Timtim. Hingga berita ini disiarkan, berkembang informasi bahwa ketiga jenazah itu baru tiba di Motaain, di mana Pos Imigrasi, Indonesia berada, pada hari Senin. Namun sampai dengan Senin petang, tidak ada tanda-tanda bahwa jenazah akan tiba. Informasi lain menyebutkan, kalau jenazah akan tiba pada jam 20.00 Wita. Karena itu, massa diminta untuk kembali sebelum malam tiba, namun massa menolak anjuran aparat keamanan yang bertugas di perbatasan. Sementara informasi terakhir yang berkembang menyebutkan, kalau jenazah tiga eks pengungsi Timtim itu, baru tiba di Motaain pada Selasa (10/1) pagi. Hanya, pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dili mendesak agar pada Senin malam, jenazah harus diantar pihak terkait di Timtim ke Motaain. Kedatangan jenazah yang tertunda-tunda itu, bukan membuat jumlah massa berkurang, tetapi bahkan terus bertambah, karena warga eks pengungsi Timtim dari kamp-kamp di seluruh wilayah Kabupaten Belu yang berbatasan dengan Timtim berdatangan ke Motaain. Sementara kelompok massa lain yang menunggu di Atambua, juga terus berkumpul di lapangan umum Kota Atambua dan sekitar gedung DPRD Kabupaten Belu. Ketidak-pastian informasi kedatangan tiga jenazah itu, sempat membuat massa di Motaain berang dan memaksa merangsek masuk ke wilayah teritorial Timtim melalui pantai, namun dihalau pasukan TNI pengaman perbatasan dibantu aparat kepolisian.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006