Langkah itu menyusul pertanyaan-pertanyaan dalam Senat AS mengenai berapa banyak informasi lokasi yang (secara otomatis) tersimpan di dalam ponsel. (Seperti yang terjadi pada ponsel iPhone yang memunculkan kecurigaan bahwa Apple telah memata-matai lokasi penggunanya untuk kepentingan pengiklan).
Berbicara di Inggris dalam sebuah konferensi mengenai privasi, dia juga mengungkapkan bahwa Google berencana untuk menawarkan pengguna web pilihan kontrol profil online mereka.
Schmidt menegaskan bahwa Google menempatkan masalah itu sebagai sesuatu yang "sangat serius".
Dia mengatakan kepada hadirin dalam debat the Big Tent di Hertfordshire bahwa perusahaannya sedang mengerjakan "serangkaian proyek" yang ditujukan untuk meningkatkan transparansi.
Di dalamnya termasuk merevisi Google Dashboard, dimana pengguna dapat melihat data apa yang telah mereka bagi dengan raksasa mesin pencari Internet tersebut.
"Perlu ditekankan bahwa kita hanya dapat melakukan ini dengan data anda yang dibagi dengan Google. Kita tidak bisa menjadi vacuum-cleaner di seluruh Internet," katanya dikutip BBC.
Schmidt menegaskan bahwa Google berada di sisi konsumen ketika berkaitan dengan privasi. "Secara umum kita memposisikan diri bahwa anda pemilik data dan (anda) bisa memilih untuk masuk atau keluar dari layanan."
Namun, dia mengatakan bahwa jika pengguna memberikan izin untuk berbagi data, hal itu akan membantu Google meningkatkan layanannya.
"Jika anda memilih memberi kita informasi kita dapat melakukan pekerjaan lebih baik. Jika kami tahu sedikit lebih banyak mengenai anda kami bisa menawarkan pencarian lebih tepat sasaran," dia menjelaskan.
Dalam dengar pendapat baru-baru ini, Senat AS menanyai Google mengenai jumlah data (pribadi) yang tersimpan dalam ponsel Android. Google berpendapat bahwa jika tidak setuju, pengguna bisa memilih keluar dari layanan berbasis lokasi.
Tetapi Mr Schmidt mengakui bahwa syarat dan kondisi dimana pengguna mendaftar ke layanan perlu disederhanakan. "Kita berniat untuk melakukan itu," katanya.
Simon Davies, kepala Privacy International, mengatakan bahwa merupakan kesalahan memandang privasi dan kebutuhan korporasi sebagai sesuatu yang bertentangan.
Sementara eksekutif media Peter Bazalgette berpendapat bahwa orang harus mempunyai hak untuk menghapus data untuk memberikan mereka membersihkan data pribadi, misalnya mengurangi foto di jejaring sosial.
Pada saat yang sama, beberapa orang akan memilih untuk berbagi informasi lebih lanjut. "Individu akan menjual data pribadi sebagai imbalan untuk konten (yang mereka dapatkan)," katanya.
Direktur Mydex David Alexander berpendapat bahwa sebuah perusahaan media sosial yang merancang sebuah platform dimana orang dapat mengelola semua data mereka untuk dibagi dengan orang lain.
Menciptakan layaknya "eko-sistem data pribadi" akan memungkinkan orang "berdiri pada pijakan yang sama dengan pemerintah dan perusahaan besar" dalam hal berbagi data.
Mr Alexander menyarankan bahwa Google akan sangat diterima untuk mengembangkan itu tetapi ia harus setuju untuk tidak berbagi informasi dengan pengiklan.
(S026/B010)
Penerjemah: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011