Brasilia (ANTARA News) - Brazil, Rabu (18/5), mengumumkan pembentukan satuan tugas darurat guna memerangi penggurunan hutan Amazon, setelah peningkatan tajam kerusakan hutan pada Maret dan April.

Sebanyak 593 kilometer persegi hutan telah gundul dalam waktu dua bulan, kondisi yang menunjukkan peningkatan enam kali lipat dibandingkan dengan priode yang sama tahun lalu, demikian data statistik resmi negeri tersebut.

Kantor itu akan terdiri atas para ahli pemerintah dan wakil dari negara bagian yang mengalami penggurunan parah, kata Menteri Lingkungan Hidup Izabella Teixeira --yang mengumumkan kantor tersebut dalam satu taklimat.

"Tujuan kami ialah mengekang penggurunan hutan," kata Teixeira. "Dan kami akan melakukannya paling lambat pada Juli."

Di negara bagian Mato Grosso, Amazon, saja, sebanyak 480 kilometer persegi hutan rusak dalam waktu dua bulan, demikian data statistik resmi yang didasarkan atas citra satelit. Lahan itu digunakan untuk peternakan dan pertanian kedelai.

Teixeira mengatakan ternak mereka yang bertanggung jawab atas penebangan pohon secara liar akan disita.

Para pejabat di Mato Grosso akan meneliti bagaimana demikian banyak lahan dirusak di negara bagian mereka di Brazil tengah-barat, kata Teixeira.

Brazil, negara dengan luas daerah terbesar kelima di dunia, memiliki 5,3 juta kilometer persegi hutan --kebanyakan di lembah sungai Amazon. Di antaranya, cuma 1,7 juta kilometer persegi berada di bawah perlindungan negara. Sisanya berada di tangan swasta, atau pemiliknya tak diketahui.

Penggurunan besar-besaran telah membuat Brazil jadi salah satu pembuang utama gas rumah di dunia.

Tapi langkah penggurunan mencapai puncaknya pada 2004, dengan jumlah 27.000 kilometer persegi setahun, dan pada 2010 penggurunan turun jadi 6.500 kilometer persegi.

Pengumuman itu disampaikan saat Kongres di Brazil membahas rancangan undang-undang yang telah memicu bentrokan antara pecinta lingkungan hidup dan pendukung petani serta pemilik peternakan mengenai cara mengatur hutan yang luas tapi rentan di negeri tersebut, demikian AFP melaporkan. (C003/A011/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011