"Pengembangan sumber daya alam berbasis riset itu untuk mendukung program peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir tersebut," kata penggagas kegiatan tersebut Slamet Widiono di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, beberapa potensi sumber daya alam yang akan dikembangkan di antaranya budi daya tanaman cabai jawa (piper retrotractum), pemanfaatan tanaman pandan duri, konservasi penyu mandiri, pelestarian spons laut Aaptos, dan pemanfaatan kitosan untuk obat antikanker.
"Berdasarkan penelitian, potensi pertanian yang bisa dikembangkan di Desa Kemadang adalah pemanfatan potensi budi daya tanaman cabai jawa. Tanaman itu sangat cocok dibudidayakan di wilayah itu," katanya.
Ia mengatakan di Indonesia budi daya cabai jawa masih sedikit, padahal kebutuhan pasar masih sangat tinggi. Tanaman tersebut baru dikembangkan di empat daerah, yakni Lampung, Lamongan, Madura, dan Pacitan.
"Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, cabai jawa juga merupakan komoditas ekspor yang sangat potensial," katanya.
Menurut dia, Gunung Kidul juga memiliki potensi bahan baku pandan terbesar se-DIY. Di kabupaten itu terdapat 200 jenis daun pandan yang berada di daerah pegunungan dan sepanjang Pantai Kukup, Sepanjang, Kapen, dan Baron.
Di Gunung Kidul, khususnya di Desa Kemadang, bahan baku pandan belum dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan yang memiliki nilai tambah. Padahal, di daeah lain pandan telah diolah menjadi berbagai kerajinan seperti tas, aneka keranjang, tikar, kursi, dan meja.
"Kami akan membantu masyarakat Desa Kamadang dalam memanfaatkan teknologi pengolahan dan pembuatan produk serta budi daya tanaman pandan. Nanti akan tercipta desain produk cenderamata dari pandan khas Desa Kemadang," katanya. (B015/M008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011