Isu mengenai biofarmakologi menjadi salah satu isu strategis, di samping masalah pangan dan kesehatan laut
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong berbagai spesies biota laut, termasuk rumput laut, yang melimpah di kawasan perairan nasional, dapat dijadikan bahan baku industri biofarmasi yang bersumber dari biota laut.
Plt Kepala Badan Riset dan SDM (BRSDM) KKP Kusdiantoro dalam siaran pers di Jakarta, Jumat, menyebutkan bahwa Indonesia dijuluki sebagai negara kepulauan dan mega marine biodiversity, karena tercatat setidaknya lebih dari 8.500 spesies biota laut ada di Indonesia.
"Keanekaragaman sumber daya hayati tersebut merupakan modal potensial bagi bangsa Indonesia untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri farmasi, pangan fungsional dan nutrasetika serta kosmetika. Untuk itu, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya tersebut harus terus dikembangkan sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang mandiri dalam menyediakan bahan baku farmasi bersumber dari biota laut," paparnya.
Kusdiantoro berpendapat bahwa isu mengenai biofarmakologi menjadi salah satu isu strategis, di samping masalah pangan dan kesehatan laut.
Untuk itu, ujar dia, Indonesia harus memiliki tonggak pencapaian dalam pengembangan biofarmakologi laut hingga tahun 2045 sehingga harus dapat dilihat apa tren kebutuhan masyarakat, selain terus melakukan upaya preventif penyakit baru.
Sebagai contoh, masih menurut Kusdiantoro, pandemi COVID-19 yang masih melanda dunia turut mengundang banyak pertanyaan tentang berbagai upaya penanganannya. Sedangkan salah satu yang diangkat sebagai potensi solusi adalah senyawa-senyawa aktif yang diekstrak dari sumber daya hayati laut Indonesia.
"Kekayaan sumber daya hayati laut yang melimpah diharapkan dapat menjadi solusi dalam menyediakan obat-obatan tersebut. Meskipun untuk memperoleh obat yang efektif dan aman harus melalui serangkaian uji praklinik dan klinik yang memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang mahal," katanya.
Menurut dia, semua hal itu adalah tantangan sekaligus peluang khususnya bagi para peneliti, karena peluang akan muncul dinilai ketika dihadapkan kepada permasalahan di sekitar masyarakat.
Dengan dikembangkannya biota laut sebagai produk industri biofarmasi, juga dapat meningkatkan nilai tambah karena menjadikannya memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
"Sebagai contoh, rumput laut pada bentuk segar, jika diekspor hanya memiliki nilai ekonomis sebesar 1.168 dolar AS/ton. Namun jika diisolasi kandungan zat warnanya, maka nilai ekonomis akan jauh meningkat hingga 13.372 dolar AS/ton atau setara 13 kali lipat dari sebelumnya," paparnya.
Seperti diketahui, rumput laut merupakan komoditas budidaya yang akan digenjot produktivitasnya karena termasuk dalam program terobosan KKP periode 2021-2024, bersama dengan udang, lobster dan kepiting.
Rumput laut selama ini juga termasuk komoditas unggulan ekspor, di mana sepanjang Januari hingga September 2021, nilai ekspornya mencapai 236 juta dolar AS.
Baca juga: Menteri KKP sebut penangkapan terukur buka lapangan kerja anak muda
Baca juga: KKP ingatkan kapal perhatikan alur migrasi biota laut
Baca juga: KKP latih warga terkait penanganan biota laut terdampar
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021