Atambua, NTT (ANTARA News) - Ribuan eks pengungsi Timor Timur (Timtim ) di Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), mulai berpawai sebelum meninggalkan Kota Atambua menuju Motaain guna menjemput jenazah tiga warga Belu yang ditembak Polisi Nasional Timor Leste pada Jumat lalu. Pantauan ANTARA di Atambua, Senin, sejak pagi Pkl.06.00 Wita, eks pengungsi Timtim mulai berdatangan dari kamp-kamp darurat dan resettlement (pemukiman kembali) memasuki Atambua. Massa terkonsentrasi di kediaman Ketua Paguyuban Eks Pengungsi Timtim, Francisco Soares Perrera, yang terletak di Kelurahan Tenubot, Kecamatan Kota Atambua. Mereka berjalan kaki dan ada pula yang mengendarai truk, mobil dan sepeda motor. Para laki-laki dewasa mengenakan kain ikat kepala berwarna merah-putih dan sebagian lainnya mengenakan kostum hitam tanda perkabungan. Tampak sekitar 20 mantan anggota Pasukan pejuang Intengrasi (PPI) mempersiapkan spanduk antara lain bertuliskan: "Stop UN Hypocrisy in East Timor" dan "Kembalikan Martabat eks pengungsi Timtim dan Bangsa Indonesia di Perbatasan NTT." Tampak pula sesepuh masyarakat Timtim, Joao da Sliva Tavares, yang juga dikenal sebagai mantan Panglima Pasukan Pejuang Integrasi (PPI) Timtim memberikan petuah kepada para mantan tokoh dan pejuang integrasi Timtim. Diperkirakan sedikitnya 1.500 warga eks pengungsi Timtim saat ini sudah memadati tempat pertemuan untuk selanjutnya berarak ke Gedung DPRD Belu dan beranjak ke pintu perbatasan Motaain sekitar 45 kilometer utara Kota Atambua. Tampak setiap orang memegang selembar kertas bertuliskan pernyataan sikap Forum Pejuang eks Timtim. Mereka mengecam tindakan BPU-PNTL yang menembak mati tiga warga sipil Belu, yakni Jose Maria Freitas alias Jose Mausorte, Candido Mali alias Candido Mariano dan Estanislao Maubere alias Stanis Maubere di Sungai Malaca pada Jumat (6/1). Sementara di Markas Kodim 1605 Belu terlihat Danrem 161/Wirasakti Kolonel Inf. APJ Noach Bolla, yang tiba di Atambua sekitar Pkl.08.00 Wita dari Kupang. Hadir juga Komandan Kodim 1605 Belu, Letkol Inf. Yulius Wijayanto dan Komandan Satgas Pamtas NTT-Timtim, Letkol (art) Ediwan Prabowo. "Saya ke sini untuk memberikan dukungan moril kepada semua prajurit TNI di lapangan agar mereka tabah dan bijaksana menghadapi masyarakat yang sedikit emosional akibat kematian saudara mereka di Sungai Malibaca pada 6 Januari lalu," katanya. Dia mengimbau masyarakat agar menyerahkan semua urusan penyelesaian insiden ini kepada TNI dan Polri serta pemerintah setempat melalui jalur diplomatik. Danrem Wirasakti berharap semua pihak dapat menahan diri dari tidak bertindak anarkis. Media massa juga diminta memberitakan proses penjemputan jenazah tiga warga Belu itu secara sejuk, berimbang, tanpa memprovokasi masyarakat. Danrem mengatakan pihaknya tidak mengintervensi pers karena TNI menjunjung tinggi kebebasan pers dalam mencari dan menulis serta menyiarkan berita, namun berharap ada berita dari perbatasan yang mengedepankan jurnalisme damai. (*)
Copyright © ANTARA 2006