Bandung (ANTARA News) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat meminta pemerintah tidak menganggap kemacetan arus lalu lintas di sejumlah jalur distribusi sebagai hal biasa.

"Kemacetan sangat berpengaruh terhadap biaya transportasi khususnya di jalur distribusi barang," kata Ketua Apindo Jawa Barat H Deddy Widjaja di Bandung, Rabu.

Kemacetan lalu lintas saat ini akibat jalan yang tidak memadai lagi atau peningkatan volume kendaraan atau karena jalan yang rusak telah mengakibatkan antrean kendaraan.

Salah satu contohnya kawasan Nagreg di Kabupaten Bandung (jalur selatan Pulau Jawa) yang selama ini banyak dikeluhkan oleh para pengusaha di Priangan Timur karena jalur itu sering terjebak kemacetan.

"Kemacetan dapat menaikan biaya transportasi hingga lima persen, pengaruhnya cukup besar bagi pengusaha karena harus membayar biaya tambahan," kata Deddy.

Ia mencontohkan kemacetan yang kerap kali terjadi di Nagreg khususnya pada setiap akhir pekan, menjadi keluhan bagi pengusaha dan pengemudi truk angkutan produksi agribisnis dari kawasan Priangan Timur.

Biasanya hari Sabtu dan Minggu, dipastikan terjadi kemacetan di kawasan itu. Selain itu kawasan Nagreg juga merupakan jalur tanjakan yang membutuhkan konsentrasi penuh pengemudi, sehingga bila terjadi kemacetan di kawasan itu berpengaruh terhadap kebugaran pengemudi.

"Kemacetan di Nagreg perlu menjadi perhatian pemerintah, jalan baru lingkar Nagreg diharapkan bisa dikelola secara baik sehingga bisa memecahkan masalah di kawasan itu," kata Deddy.

Selain itu perbaikan kondisi jalan di kawasan industri juga perlu menjadi perhatian pemerintah. Selama ini sebagian jalan di kawasanm pabrik buruk dan rusak berat. Akibatnya berpengaruh terhadap proses distribusi bahan baku maupun barang jadi yang akan diekspor.

"Perjalanan ke lokasi pabrik yang seharusnya ditempuh hanya dalam hitungan 10 menitan, karena jalan rusak bisa menjadi 30 menit atau bahkan sejam karena jalan rusak berpotensi menimbulkan kemacetan," kata Deddy.

(S033/Y008)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011