Kepala Sub Bagian Penanggulangan Bencana dan Penyelamatan Pengungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpolinmas) Kabupaten Blitar, Katidjan, mengemukakan bahwa lokasi titik gempa yang melanda daerah ini lebih jauh daripada sehari sebelumnya.
"Kalau tempatnya masih di lokasi yang sama, tetapi gempa hari ini lebih jauh ketimbang kemarin, jaraknya sekitar 14 kilometer," katanya.
Mengutip dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa itu terjadi pada pukul 12.01 WIB di 9.44 Lintang Selatan (LS)-112.56 Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 20 kilometer.
Pusat gempa itu terjadi di 158 kilometer tenggara Blitar, 160 kilometer Barat Daya Malang, 162 kilometer Barat Daya Lumajang, 189 kilometer Jember, 733 kilometer tenggara Jakarta.
"Sesuai dengan informasi yang kami terima, gempa itu tidak berpotensi tsunami," ujar Katidjan.
Ia mengatakan, beberapa daerah yang paling merasakan adalah daerah pesisir pantai seperti di Kecamatan Wates, Binangun, dan Panggungrejo, Kabupaten Blitar.
Hingga kini, pihaknya juga masih terus koordinasi dengan petugas di bawah, terkait kemungkinan dampak gempa. Ia juga meminta, masyarakat lebih hati-hati dan waspada, terutama di daerah pesisir pantai.
"Walaupun gempa kali ini tidak berpotensi tsunami, kami minta masyarakat juga waspada dan hati-hati. Kami minta mereka meninggalkan rumah, jika gempa sedang terjadi, agar tidak ada korban luka maupun jiwa," tuturnya.
Kabupaten Blitar memang rawan terjadi gempa bumi. Lokasi guncangan yang paling kuat terasa di pesisir pantai selatan. Sayangnya, hingga kini pemerintah daerah belum mempunyai alat untuk memantau aktivitas gempa bumi.
Pemerintah beralasan, anggaran yang diperlukan untuk pembelian alat pemantau gempa sangat mahal, hingga pemerintah belum mampu membelinya.
Gempa yang terjadi kali ini juga terasa hingga ke beberapa daerah tetangga Blitar di Jatim, seperti Tulungagung, Kediri, Malang, hingga Lumajang.
Suko, salah seorang warga di Blitar, mengaku sempat panik dengan gempa yang melanda itu. Ia bahkan hendak lari dari dalam rumah, ketika guncangan itu terjadi.
"Cukup keras, tapi tidak lama gempanya, sekitar 30 detik. Tetapi, kami cukup panik, karena gempa itu sudah terjadi dua kali ini, berurutan lagi," kata Suko.
(T.KR-SAS/C004)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011