Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mendorong peserta didik mampu menghadapi tantangan perubahan iklim.
"Tema Recover Together, Recover Stronger menandakan partisipasi aktif kita dalam gerakan negara-negara di dunia, untuk pulih dan bangkit dari pandemi ini, dan dalam merencanakan strategi depan kita perlu mengambil pelajaran dalam situasi yang kita hadapi, salah satu pelajaran yang terpenting adalah menguatkan upaya membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujarnya dalam webinar Nasional Peluncuran Science 20 Dalam Presidensi G20 Indonesia 2022, Kamis.
Dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, ia menyebutkan banyak orang mempunya mispersepsi mengenai perubahan iklim. Banyak orang tidak menyadari bahwa kesulitan-kesulitan yang sudah terjadi sekarang di berbagai macam daerah, banyak sekali yang disebabkan perubahan iklim.
Perubahan iklim berdampak ke berbagai sektor, di bidang pangan, kebakaran hutan, dan ekosistem bawah laut.
“Dan satu hal yang sangat menarik, pada saat saya datang ke daerah-daerah berkunjung, saya menanyakan mengenai apa dampak dari perubahan iklim. Merekalah yang paling merasa, mereka punya banyak cerita-cerita di daerah. Bagaimana lingkungan yang tadinya sangat ramah dengan manusia, sekarang menjadi berbagai macam kesulitan dan tantangan karena perubahan cuaca, karena perubahan iklim. Inilah sesuatu yang harus menjadi 'concern' kita bersama-sama,” paparnya.
Baca juga: Aktivis Lingkungan: Mayoritas anak muda pernah mengalami 'eco anxiety'
Hal itu dikarenakan yang akan berdampak paling besar adalah kehidupan manusia. Permasalahan itu disadari bukan saja masalah planet, akan tetapi masalah masa depan dan generasi berikutnya.
Ia juga menyebutkan bahwa menjaga lingkungan hidup membutuhkan kesadaran yang perlu dilatih sejak usia muda.
"Kita tidak punya opsi, anak-anak kita akan tumbuh dewasa dan menyadari perannya untuk mencintai alam dan mencegah kerusakan lingkungan. Apa yang kita lakukan di generasi kita dengan berbagai macam kehancuran dari sisi iklim yang dilakukan generasi kita. Sebelumnya kita harus bisa membekali generasi berikutnya untuk bisa memecahkan berbagai ragam permasalahan di masa depan,” ujarnya.
Melalui gerakan Merdeka belajar, Kemendikbudristek mendukung para guru untuk menggunakan pendekatan Project Based Learning di dalam topik-topik dan tema climate change sehingga peserta didik nantinya terlatih untuk menghadapi dan menjawab tantangan.
“Kita belajar dari melakukan berbagai macam aktivitas, sehingga cinta untuk bisa melestarikan alam, sehingga kita sebagai manusia akan terus bisa survive, akan menjadi salah satu hal terpenting yang akan kita tinggalkan untuk generasi berikutnya,” tuturnya.
Untuk itu, kata Nadiem, internalisasi isu perubahan iklim harus menjadi prioritas bersama.
“Karena merekalah anak-anak kita yang akan menghadapi dampak terburuk dari pada perubahan itu. Upaya ini, kami terus mengedepankan dan setelah pelaksanaan G20, kami akan terus menguatkan kolaborasi untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Mari kita bersama-sama mendukung Presidensi Indonesia di G20, dan terus bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar,” katanya.
Baca juga: Bappenas: Kebijakakan tahan iklim hadapi tantangan dukungan multipihak
Baca juga: DPR: Indonesia harus ajak negara maju atasi perubahan iklim
Baca juga: Sri Mulyani: Kebijakan, uang, dan teknologi solusi perubahan iklim
Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021