Jakarta (ANTARA) - Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta menyebutkan kehadiran QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) menjadi game changer di tengah masyarakat karena membantu masyarakat berakselerasi mengadaptasi sistem ekonomi digital dimulai lewat pembayaran digital.
Menariknya QRIS menjadi lebih mudah diadaptasi masyarakat sejak para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadikan QRIS sebagai alat pembayaran digital selama pandemi COVID-19 dalam hampir dua tahun terakhir sehingga membiasakan masyarakat memanfaatkan kecanggihan pembayaran dengan teknologi.
“QRIS itu game changer terutama bagi UMKM. Karena sering kali kita dengar ‘mana bisa UMKM jadi digital?’ namun dengan fakta penggunaan QRIS didominasi UMKM saat ini, justru ini menunjukan UMKM kita itu bisa mengadopsi teknologi digital, ini pintu masuk untuk adaptasi ekonomi digital yang inklusif bagi masyarakat,” kata Filianingsih dalam acara konferensi pers virtual, Kamis.
Baca juga: BI catat nilai tukar rupiah melemah terbatas pada pertengahan Desember
Berdasarkan data BI hingga Desember 2021 tercatat 96 persen penggunaan QRIS digunakan oleh para pemilik gerai UMKM.
Para pemilik usaha mikro tercatat mendominasi dengan total 61,2 persen sebagai pengguna QRIS untuk pembayaran usahanya, disusul para pelaku usaha kecil sebesar 26,2 persen, dan 7,8 persen berasal dari pelaku usaha menengah.
Sisanya penggunaan QRIS diadopsi oleh para perusahaan besar untuk transaksi produk hingga tempat- tempat ibadah untuk transaksi amal ataupun sedekah.
Filia meyakini berkat adanya adopsi QRIS yang masif di masyarakat, tren pembayaran digital pun akan tetap meningkat pada tahun depan.
Transaksi uang elektronik yang pada 2021 mencapai Rp289 triliun diperkirakan Rp337 triliun.
Hal itu dipengaruhi oleh faktor kenyamanan dan keamanan karena saat ini pembayaran digital sudah sangat mudah dilakukan dan cukup dengan satu kode QR masyarakat bisa melakukan transaksi walaupun sumber dananya berasal dari aplikasi yang berbeda- beda.
“Jadi meski pandemi ini sudah berakhir, masyarakat akan tetap melakukan transaksi dan pembayaran secara digital, karena mereka sudah merasakan kenyamanan dan pengalaman itu sudah membekas. Ini menjadikan perubahan perilaku ini mendorong ekonomi digital dan menjadi pembuka kesempatan inklusi keuangan,” ujar Filia
Untuk itu wanita yang juga berperan sebagai Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI itu berharap industri khususnya yang bergerak di sektor digital dapat terus menunjukkan inovasi dengan memanfaatkan QRIS sehingga inklusi keuangan di Indonesia khususnya bagi UMKM dan masyarakat umum bisa semakin terjangkau.
Hingga 6 Desember 2021, BI mencatat telah melewati targetnya untuk menyasar pengguna QRIS yang tadinya ditargetkan hingga akhir 2021 mencapai 12 juta pengguna kini telah mencapai 13,6 juta pengguna.
Pada 2022 target pengguna QRIS diharapkan bisa mencapai 15 juta pengguna.
Baca juga: BI catat transaksi digital banking Rp3.877,3 triliun hingga November
Baca juga: GoTo dukung "cashless society" rilis QRIS di warung Mitra Tokopedia
Baca juga: BI optimistis ekonomi triwulan IV-2021 tumbuh di atas 4,5 persen
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021