Kondisi likuiditas sangat longgar didorong kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi BI dengan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional

Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) telah menggelontorkan likuiditas di perbankan Rp141,19 triliun sejak Januari hingga 14 Desember 2021.

"Kondisi likuiditas sangat longgar didorong kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi BI dengan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Desember 2021 di Jakarta, Kamis.

Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada November 2021 sangat longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi mencapai 34,24 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy), serta DPK yang tumbuh sebesar 10,37 persen (yoy).

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Oktober 2021 juga tetap tinggi, yaitu sebesar 25,3 persen.

Perry menyebutkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan pun saat ini tetap terjaga, yakni 3,22 persen (bruto) dan 1,02 persen (neto).

"Ketahanan sistem keuangan tetap terjaga dan fungsi intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan secara bertahap," ujarnya.

Di sisi lain, ia mengungkapkan likuiditas perekonomian meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 14,7 persen (yoy) dan 11 persen (yoy).

Pertumbuhan uang beredar tersebut terutama didukung oleh peningkatan kredit perbankan dan ekspansi fiskal.

Baca juga: Gubernur BI perkirakan kredit perbankan tumbuh 6-8 persen pada 2022
Baca juga: BI catat uang beredar meningkat pada Oktober jadi Rp7.490,7 triliun
Baca juga: Ekonom yakini dampak tapering terhadap ekonomi Indonesia relatif minim

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021