"Perkembangan nilai tukar rupiah tersebut disebabkan oleh aliran modal keluar dari negara berkembang di tengah terjaganya pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Desember 2021 di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan terdapat penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik, yang tercermin dari investasi portofolio yang mencatat aliran modal asing bersih keluar sebesar 2,3 miliar dolar AS pada periode Oktober hingga 14 Desember 2021.
Baca juga: Rupiah melemah menanti respon bank sentral terhadap kenaikan inflasi
Dengan perkembangan ini, rupiah sampai dengan 15 Desember 2021 mencatat depresiasi sekitar 1,97 persen sejak Januari (year to date/ytd), dibandingkan dengan level akhir 2020.
Namun, Perry menjelaskan depresiasi tersebut lebih rendah dibandingkan penurunan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India yang terdepresiasi 3,93 persen (ytd), Filipina 4,51 persen (ytd), dan Malaysia 4,94 persen (ytd).
"Dengan demikian, nilai tukar rupiah terjaga didukung oleh ketahanan sektor eksternal Indonesia dan langkah-langkah stabilisasi BI, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," tegasnya.
Baca juga: BI: Rupiah jadi salah satu mata uang terbaik di Asia
Ke depan, BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.
Selain rupiah, Perry menjelaskan kondisi inflasi juga sedang menjadi fokus bank sentral, di mana Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 tercatat tetap rendah dna mendukung perekonomian, yakni dengan inflasi 0,37 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sehingga inflasi IHK sampai November 2021 mencapai 1,3 persen (ytd).
Secara tahunan, inflasi IHK tercatat 1,75 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy), meningkat dari inflasi Oktober 2021 sebesar 1,66 persen (yoy).
"Inflasi diperkirakan berada di bawah batas kisaran sasarannya 2-4 persen pada 2021 dan terjaga dalam kisaran sasaran yang sama pada 2022," pungkasnya.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021