Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar menyayangkan beredarnya isu tidak sedap soal beredarnya surat pernyataan yang meminta pemilik suara PSSI melayangkan mosi tidak percaya kepada Komite Normalisasi.

"Saya berusaha tidak percaya dengan mosi tidak percaya yang diduga disodorkan oleh aparat teritorial. Terus terang saya banyak mendengar hal itu," kata Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, jika upaya tersebut tetap dilakukan dikhawatirkan akan merusak citra TNI di mata masyarakat Indonesia dan dinilai akan mencederasi demokrasi yang berjalan saat ini.

Untuk itu pihaknya meminta kepada pihak yang disinyalir melakukan upaya tersebut menghentikannya semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan dugaan penyodoran mosi tidak percaya kepada Komite Normalisasi menjelang Kongres PSSI 20 Mei nanti.

"Kami menghimbau kepada Panglima TNI dan Presiden untuk turut mencegah hal ini. Jika sampai terbukti semuanya harus ditindak tegas," katanya di sela menerima perwakilan mantan pemain nasional di Kantor PSSI Jakarta.

Agum menjelaskan jika mosi tidak percaya dilayangkan kepada Komite Normalisasi maka juga bisa dianggap bahwa pihak-pihak tersebut juga tidak percaya dengan FIFA selaku federasi sepak bola dunia.

Ditanya pelaksanaan kongres, mantan Ketua PSSI periode 1999-2003 itu menjelaskan tetap sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pelaksanaannya di Hotel Sultan Jakarta.

"Yang bisa menunda pelaksanaan kongres hanya FIFA. Jadi tidak ada pihak lain yang bisa menghentikan kongres nanti," katanya.

Sebelumnya pihak George Toisutta dan Arifin Panigoro yang gagal maju dalam pencalonan ketua umum dan wakil ketua umum PSSI periode 2011-2015 mengajukan upaya hukum ke Pengadilan Olahraga Internasional (CAS).

Saat ini proses upaya hukum masih berjalan dan Agum mengaku pihaknya akan menghargai semua keputusan CAS, hanya saja untuk melaksanakan keputusan CAS harus sesuai dengan instruksi FIFA selaku induk federasi sepak bola dunia.(*)
(T.B016/I015/)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011