Almaty (ANTARA News) - Seorang pembom bunuh diri Selasa menyerang markas dinas keamanan di kota Aktobe Kazakhstan bagian barat daya dan melukai tiga orang, kata para pejabat.
Pemboman tersebut merupakan peristiwa yang langka di Kazakhstan, sebuah negara mayoritas Muslim yang bangga menjadi negara paling stabil di Asia Tengah serta menjadi pusat investasi Barat.
Juru bicara kantor Kejaksaan Zhandos Umiraliyev mengatakan kepada para wartawan di ibukota Kazakhstan Astana bahwa pihak berwenang sudah mengidentifikasi pelaku pemboman namun tidak menjelaskan motif serangannya.
"Sudah dikonfirmasi bahwa pelaku serangan adalah Rakhimzhan Makhatov. Penyelidikan atas kejahatannya sudah dilakukan," katanya.
Tiga orang, termasuk seorang anggota dinas keamanan, terluka sedangkan pelaku pemboman tewas, katanya.
"Seorang pembom bunuh diri meledakkan sebuah alat yang tak diketahui di depan gedung dinas keamanan regional yang mengakibatkan beberapa orang terluka," kata sumber dari dinas keamanan kepada Interfax.
Sebanyak enam orang terluka dalam ledakan pagi, kata seorang wartawan surat kabar lokal kepada AFP, menambahkan serangan itu mengejutkan kota Aktobe.
Peristiwa ledakan berlangsung sekitar pukul 9:30 (0530 GMT) di luar markas Komite Keamanan Nasional Kazakhstan (KNB) setempat, penerus KGB di era Soviet.
Laporan yang beredar menyatakan polisi keamanan sedang berusaha mencari mereka yang diduga kaki tangan dan mengepung sebuah blok di kota yang berpenghuni 277.000 orang.
Menurut situs berita lokal Tengiz News, pelaku pembom bunuh diri membalas penangkapan-penangkapan warga Muslim di Kazakhstan yang merupakan pengikut cabang Islam fundamentalis Sunni yang dikenal sebagai Wahhabisme.
Namun teori tersebut belum dikonfirmasi secara resmi.
Pemimpin Muslim regional mengutuk pemboman bunuh diri tersebut.
"Islam melarang tindakan apapun yang mengarah pada penghancuran kehidupan manusia," kata imam wilayah Aktobe Bauyrshan Esmakhanov kepada kantor berita Interfax-Kazkhastan.
Seukuran Eropa bagian barat, Kazakhastan yang kaya minyak dan mineral telah terhindar dari kekerasan yang terjadi di negara-negara tetangga Uzbekistan, Tajikistan, dan Kyrgyzstan.
Kazakhstan selama 20 tahun terakhir sejak bahkan sebelum runtuhnya Uni Soviet diperintah oleh orang kuat Presiden Nursultan Nazarbayev yang menciptakan stabilitas bagi negara itu meskipun para pengecam mengeluhkan standar demokrasinya.
Nazarbayev mendukung Islam moderat di negara yang juga ditinggali minoritas Kristen Rusia yang besar dan yang secara teratur menjadi tuan rumah konferensi toleransi agama-agama dunia.
Aktobe, sebuah kota di Kazakhstan bagian barat daya dekat perbatasan dengan Rusia, merupakan pusat populasi campuran Kazakh dan Rusia, demikian AFP melaporkan. (ANT/K004)
Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011