Brussel (ANTARA News/AFP) - Kapal-kapal perang Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Senin (16/5) menggagalkan upaya pasukan Moamer Kadhafi menggunakan kapal-kapal kecil yang membawa bom rakitan untuk mengancam kapal bantuan yang menuju pelabuhan Misrata, demikian diumumkan aliansi tersebut.
Hal itu merupakan yang ketiga kali NATO berhadapan dengan pasukan Kadhafi di kawasan lepas pantai, setelah menangkap mereka ketika meletakkan ranjau laut di pelabuhan Misrata pada 29 April dan memukul balik serangan kapal di pelabuhan itu pekan lalu, kata NATO.
Senin pagi, NATO mengerahkan kapal-kapal perang dan helikopter setelah mendeteksi dua kapal kecil yang tampaknya datang dari sekitar Zliten dan pergi ke arah Misrata di pantai barat.
Ketika pasukan aliansi mendekat, salah satu kapal kecil itu melarikan diri dengan kecepatan tinggi ke arah barat kembali ke Zliten, meninggalkan kapal yang satunya.
Tim penjinak bom menemukan sekitar satu ton peledak dan dua boneka manusia di dalam kapal yang ditinggalkan itu. Bom itu dihancurkan oleh kapal perang sekutu dengan menggunakan tembakan senjata ringan.
Ketiga insiden laut yang melibatkan pasukan Kadhafi itu mengisyaratkan "perubahan dalam operasi mereka yang menunjukkan niat mereka untuk terus mencederai warga sipil atau menyerang kapal NATO", kata aliansi itu.
Misrata adalah kota paling penting yang dikuasai pemberontak di Libya barat. Pasukan oposisi membebaskan kota terbesar ketiga itu dalam pertempuran sengit pekan lalu dari pengepungan dua bulan pasukan Kadhafi.
Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya.
Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rejim Kadhafi.
Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret.
Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moamer Kadhafi, yang membuat marah Barat.
Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, kini pasukan Kadhafi dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.
Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.
Kadhafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Kadhafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.
Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.
(Uu.M014)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011