Nairobi (ANTARA News/Reuters) - Pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika (AU) merebut wilayah dari gerilyawan Somalia di ibukota negara itu, Mogadishu, dalam ofensif baru yang mendekati markas utama kelompok tersebut, kata seorang juru bicara pasukan AU, Senin waktu setempat.

Mayor Paddy Ankunda mengatakan, penempatan lebih dari 3.000 prajurit lagi, yang akan membuat jumlah pasukan AMISOM menjadi 12.000 dalam dua bulan mendatang, akan membantu menekan gerilyawan keluar dari kawasan pasar Bakara yang berpenduduk padat.

"Gagasannya adalah ketika kami memperoleh pasukan baru, kami bisa memperluas front-front kami dan kemudian melakukan upaya baru untuk menekan gerilyawan keluar dari kawasan... pasar Bakara yang merupakan sumber utama keuangan mereka," kata perwira Uganda itu, yang berbicara kepada wartawan dari Mogadishu melalui hubungan video.

Dengan merinci lokasi-lokasi yang kini dikendalikan pemerintah, Ankunda menunjukkan perubahan garis perang 200 meter ke dalam daerah selatan pasar Bakara dan beberapa ratus meter ke dalam perbatasan utara dan barat pasar tersebut.

"Wilayah yang kami rebut kembali memberi kami harapan bahwa kami mencapai kemajuan dan bisa menghalau mereka," kata Ankunda.

Pemerintah Somalia yang didukung pasukan penjaga perdamaian meluncurkan ofensif militer baru pada 12 Mei dan merebut sejumlah posisi strategis dari gerilyawan Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaeda.

Tiga prajurit penjaga perdamaian, dua dari Uganda dan satu dari Burundi, tewas sejak Kamis, sementara AMISOM mengklaim mengalahkan komandan utama Al-Shabaab di pasar Bakara dan perwira intelijennya, kata Ankunda.

Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli lalu.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.

Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.

Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.

Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

(Uu.M014)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011