Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Kantor Staf Kepresidenan Brian Sriprahastuti mengatakan untuk mencegah terjadinya stunting (kekerdilan) pada anak tidak boleh berhenti sampai pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) saja, tetapi berkelanjutan hingga anak berusia di atas dua tahun.
“Jadi, bila kita bicara soal stunting, setelah 1.000 HPK bukan lagi persoalan selesai. Ketika di atas usia 2 tahun ini perlu ada pengasuhan yang ramah anak,” kata Brian dalam Webinar Pengasuhan bertajuk “Pentingnya Memantau Tumbuh Kembang Anak Untuk Cegah Stunting” yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Baca juga: BKKBN luncurkan e-booklet panduan cegah stunting di tanah air
Brian menuturkan mengatasi permasalahan stunting tidak hanya berbicara terkait dengan tinggi dan berat badan saja, tetapi juga tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang diberikan oleh keluarga sebagai care giver.
Namun, pola asuh yang diberikan itu tak hanya terbatas pada stimulasi atau psikososial saja. Tetapi, perlu bersifat mendukung, membangun serta menyenangkan.
Karena pada masa bayi di bawah usia dua tahun (baduta), anak sedang mengalami perkembangan otak yang mencapai 80 persen dan membentuk kurang lebih 700 jaringan syaraf.
Sehingga, tumbuh kembang anak akan sangat dipengaruhi oleh pemberian gizi termasuk pemberian ASI eksklusif, sekaligus stimulasi yang dapat membentuk kebiasaan perilaku pada anak baik dalam bertanggung jawab maupun menjalankan pola hidup bersih.
“Ketika di atas usia dua tahun, perlu ada pengasuhan yang tidak melakukan kekerasan. Karena ini, bisa mengganggu investasi yang kita lakukan untuk tumbuh kembang otak dengan susah payah pada 1.000 HPK. Jadi perkembangan otak yang optimal akan memastikan bahwa anak tidak mengalami stunting,” ujar dia.
Baca juga: Angka bayi dengan berat badan lahir rendah di DKI Jakarta meningkat
Baca juga: BKKBN sebut tidak semua orang pendek stunting
Oleh sebab itu, pola asuh yang diterapkan oleh keluarga sangat penting dalam mencegah terjadinya gangguan kognitif dan diharapkan orang tua dapat mengasuh anak dengan menerapkan pola asuh responsif yang memberikan peraturan jelas, masuk akal serta menghargai pendapat anak.
“Sekali lagi, stunting yang kita bicarakan dalam artian operasional yang tidak hanya bicara soal tumbuh saja, tidak hanya bicara soal tinggi dan berat badan saja, tetapi juga berbicara soal perkembangan sebagaimana definisi menurut WHO,” tegas Brian.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021