Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Luar Negeri meminta dilakukannya investigasi bersama menyusul terjadinya insiden penembakan atas lima orang warga negara Indonesia di Sungai Malibaka, perbatasan Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur dengan Distrik Bobonaro Timor Leste. "Kami sudah mendapatkan laporan dari Duta Besar RI di Dili mengenai peristiwa itu. Kita minta dilakukan investigasi bersama untuk menyelidiki insiden tersebut," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Yuri Thamrin saat dihubungi di Jakarta, Sabtu. Ia menambahkan berdasarkan laporan Duta Besar RI di Timor Leste, Ahmed Bey Sofwan, pihak keamanan Timor Leste menjelaskan bahwa insiden itu bermula ketika lima orang warga negara Indonesia tengah memancing ikan di Sungai Malibaka. Kemudian satu di antaranya naik ke daratan dan mengambil jagung. "Menurut pihak keamanan Timor Leste, petugas patroli mereka hendak menangkap dan terjadi perlawanan dan terjadilah insiden itu," kata Yuri. Selain meminta dilakukannya investigasi bersama, pemerintah RI juga meminta agar ketiga jenazah warga RI yang masih berada di rumah sakit di Distrik Bobonaro agar segera dikembalikan kepada keluarganya sehingga dapat dimakamkan. Disamping itu, Pemerintah RI juga meminta agar di masa yang akan datang bila terjadi pelanggaran tapal batas dilakukan komunikasi dengan aparat keamanan dari Indonesia, sehingga tidak terjadi insiden penembakan. Yuri menjelaskan insiden itu sempat menyulut emosi pihak keluarga korban penembakan, meski demikian aparat keamanan Indonesia dapat meredam emosi warga sehingga tidak terjadi insiden yang lebih jauh. "Komandan perbatasan dari Indonesia dan juga Timor Leste juga sudah bertemu dan melakukan koordinasi untuk menangani masalah tersebut. Saat ini situasinya sudah kembali kondusif," tutur Yuri. Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada Jumat (6/1) siang, tiga dari lima warga Indonesia dikabarkan tewas ditembak di Sungai Malibaka, perbatasan Kabupaten Belu dengan Distrik Bobonaro, Timor Timur (Timtim) yang diperkirakan dilakukan oleh Polisi Timtim yang berpatroli di perbatasan dengan Timor bagian Barat, NTT. ANTARA yang melakukan kontak dengan Danrem 161 Wirasakti Kupang, Kol. Inf. A.P.J. Noch Bola dan Kapolres Belu, AKBP Ekotrio Budhiniar di Kupang dan Atambua, Jumat tengah malam, membenarkan insiden tersebut. Danrem Wirasakti mengemukakan tiga warga Indonesia eks Timtim meninggal di tempat kejadian perkara (TKP) di Sungai Malibaka yang memisahkan wilayah Kabupaten Belu, NTT, dengan Distrik Bobonaro, Timtim. Ketiganya adalah warga Desa Tohe, Kecamatan Raihat, masing-masing, Candido Mariano (26), Jose Mauhorte (38) dan Stanis Maubere (48). Ketiga warga Kabupaten Belu itu, kata Danrem, ditembak Polisi Patroli Perbatasan Timtim (UPF--Unidade Patrohamento Frontiera) di garis koordinasi taktis (TCL) di Sungai Malibaka, sekitar 25 kilometer dari Atambua. Informasi yang diperoleh dari Kapolres Belu, Ekotrio Budhiniar, di Atambua, pada Jumat tengah malam, menyebutkan sebenarnya ada lima warga Belu yang tengah memancing di Sungai Malibaka, ketika tiba-tiba ditembak oleh UPF Timtim yang melakukan patroli di seberang Sungai Malibaka. Setelah terdengar rentetan tembakan, tiga warga Desa Tohe itu jatuh ke sungai, sementara dua rekan mereka, masing-masing Egidio dan Elias Tavares berhasil selamat dan melarikan diri. Danrem Wirasakti menambahkan pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pimpinan UPF di Timtim. (*)
Copyright © ANTARA 2006