Amerika Serikat, Inggris dan Australia termasuk negara-negara yang baru-baru ini mengumumkan boikot diplomatik Olimpiade Beijing yang akan digelar pada 4-20 Februari. Boikot ini ditempuh setelah menyitir catatan hak asasi manusia China yang mereka sebut "posisi politik."
"Ada negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Australia yang mengambil keputusan itu," kata Bach seperti dikutip Reuters, Rabu.
"Beberapa negara lainnya, dan tidak sedikit, jika kita mengatakan akan ada 90 Komite Olimpiade Nasional (NOC) hadir dalam Olimpiade itu, kemungkinan besar ada lebih dari 70 atau bahkan lebih dari 80 NOC yang pemerintahnya belum membuat pernyataan seperti itu."
"Mereka semua memiliki satu kesamaan dan itu adalah mereka mendukung tim Olimpiadenya sehingga atlet mereka dapat mewujudkan impian Olimpiade mereka," ujar Bach.
Baca juga: Hari budaya bertema Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 digelar di New York
Kelompok hak asasi manusia sejak lama mengkritik IOC karena menganugerahkan hak tuan rumah Olimpiade kepada China untuk kedua kalinya setelah kondisi hak asasi manusia di China dinilai kelompok tersebut tidak membaik usai Olimpiade musim panas Beijing 2008.
Pekan lalu, mahasiswa Tibet merantai dirinya ke ring Olimpiade di luar markas IOC Swiss di Lausanne guna menyerukan boikot Olimpiade internasional.
Protes serupa terjadi saat upacara penyalaan obor Olimpiade Beijing di Olympia dan Athena kuno di Yunani pada Oktober.
"Apa yang terjadi pada tahun-tahun itu secara politis tidak berada dalam lingkup pengaruh kami," kata Bach. "Anda tidak bisa menyalahkan IOC dan membuatnya bertanggung jawab atas hal yang tidak berhasil dilakukan oleh satu atau dua generasi politisi."
"Kami bertanggung jawab atas Olimpiade ini," pungkas Bach.
Baca juga: Prancis tak akan boikot diplomatik Olimpiade Beijing
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021