Yogyakarta (ANTARA News) - Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN) di Pendopo Rumah Dinas Wali Kota Yogyakarta yang ditujukan untuk menumbuhkan semangat hidup penderita infeksi virus perapuh kekebalan tubuh/sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) tampak meriah.
"Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak penderita HIV/AIDS untuk bisa merenungkan kembali kehidupannya agar mereka tidak patah semangat," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Yogyakarta, Kaswanto, di sela-sela kegiatan MRAN Kota Yogyakarta, Minggu malam.
Menurut dia, dengan tema "Touching Lives", KPA Kota Yogyakarta ingin menunjukkan kepada penderita HIV/AIDS bahwa masih banyak pihak-pihak yang peduli pada kehidupan mereka.
"Selama ini, stigma dari masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS masih negatif sehingga cenderung mengucilkan penderita. Padahal, mereka juga butuh perhatian dan tidak ada yang salah dengan mereka," katanya.
Kegiatan MRAN di Kota Yogyakarta tersebut diikuti oleh penderita HIV/AIDS dan juga sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memiliki kepedulian terhadap HIV/AIDS serta sejumlah komunitas.
"Selain melakukan renungan dan juga kegiatan talkshow, kami juga menggelar pasar murah, pemeriksaan kesehatan serta pangkas rambut gratis bagi penderita HIV/AIDS," katanya.
Berdasarkan data pada 2010, jumlah total penderita HIV/AIDS di Kota Yogyakarta adalah 419 orang yang terdiri dari 219 penderita HIV dan sisanya menderita AIDS.
Ia tidak menampik apabila angka tersebut hanya merupakan gambaran di permukaan saja, sehingga jumlah penderita HIV/AIDS yang tidak terungkap masih cukup banyak.
Pemerintah Kota Yogyakarta telah memberikan perhatian kepada penderita HIV/AIDS dengan memberikan layanan voluntary councelling and testing (VCT) gratis di enam pusat layanan kesehatan, yaitu RS Dr Sardjito, RS Bethesda, RS Panti Rapih, RS PKU Muhammadiyah, Puskesmas Gedongtengen dan Puskesmas Umbulharjo I.
Selain itu, juga dilakukan pengobatan terapi metadon gratis untuk pengguna napza melalui jarum suntik (penasun), pemberian alat suntik steril gratis, serta pengobatan presuntif berkala (PPB) kepada wanita pekerja seks komersil dengan jangka waktu tiga bulan sekali.
Ia mengatakan, telah ada sebanyak 192 wanita pekerja seks yang mengikuti PPB di Puskesmas Gedongtengen, dan seluruhnya mendapatkan pengobatan serta kondom gratis yang wajib digunakan saat menjalani profesinya.
Hubungan seks tidak sehat dengan berganti-ganti pasangan, serta penggunaan napza melalui jarum suntik merupakan sumber penularan utama HIV/AIDS.
Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto, yang membuka kegiatan tersebut mengatakan, HIV/AIDS merupakan persoalan multidimensi sehingga penanganannya pun harus melibatkan berbagai kelompok dan jejaring.
"Penanganan HIV/AIDS harus dilakukan secara komprehensif, mulaidari kegiatan promotif, preventif, pengobatan hingga rehabilitasi. Semuanya harus bergerak bersama," katanya.
Ia juga menyatakan, kegiatan rehabilitasi secara medis harus didukung dengan rehabilitasi psikis dengan cara menunjukkan kepedulian secara bersama-sama.
"Penderita HIV/AIDS dalam kehidupannya juga harus tetap produktif, dan juga mandiri," katanya.
(Uu.E013)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011