Jam malam tersebut diperpendek menjadi mulai pukul 00.00 waktu setempat hingga pukul 4.00 dari sebelumnya mulai pukul 21.00-5.00, kata Kementerian Dalam Negeri Tunisia seperti dikutip Kantor Berita Tunisia, TAP, Sabtu petang.
Aksi demontrasi anti pemerintah masih terus berlangsung di negara itu meskipun Presiden Zine Al Abidin Bin Ali telah mengundurkan diri pada 14 Januari silam.
Pada awal bulan ini aksi unjuk rasa hebat di ibu kota Tunis dan beberapa kota lainnya yang dipicu oleh pernyataan Farhat Rajhi, Ketua Komisi Hak Asasi Manusia bentukan pemerintah bahwa tentara loyalis Ben Ali akan melakukan kudeta bila kelompok Islam memenangkan pemilihan umum yang dijadwalkan akan berlangsung pada Juli mendatang.
Rajhi yang juga mantan menteri luar negeri TunIsia itu pun dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Komisi HAM dalam upaya membendung aksi protes.
Pada awal pekan ini menurut TAP, pihak berwenang Tunisia menangkap lebih dari 200 orang setelah serangkaian aksi protes anti-pemerintah.
Para pejabat keamanan dan tentara melakukan penangkapan dalam penggerebekan pada Senin dan Selasa di seluruh negeri Afrika Utara itu.
Para demonstran dituduh melakukan berbagai kejahatan termasuk menyerang polisi dengan batu, melanggar jam malam.
Polisi anti huru hara menggunakan gas air mata untuk membubarkan protes yang menuntut pembubaran pemerintah transisi.(*)
(T.M043/B013)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011