Sydney (ANTARA) - Saham-saham di bursa saham negara-negara Asia dan harga minyak tergelincir pada perdagangan Selasa pagi, karena penyebaran varian Omicron yang mengguncang investor yang sudah gelisah menjelang serangkaian keputusan bank sentral minggu ini, termasuk pertemuan penting Federal Reserve.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,46 persen. Indeks saham unggulan CSI300 China juga jatuh 0,41 persen, setelah otoritas kesehatan di Tianjin mendeteksi kasus Omicron pertama di negara tersebut.
Provinsi manufaktur utama China, Zhejiang, juga memerangi klaster COVID-19 pertamanya tahun ini, dengan puluhan ribu warga di karantina dan daerah yang terkena virus menangguhkan operasi bisnis.
Kombinasi risiko ekonomi dari varian Omicron dan nada yang berpotensi lebih hawkish dari The Fed pada Rabu (15/12/2021) mengurangi selera risiko.
"Kami memperkirakan akan melihat percepatan tapering oleh The Fed dan, tentu saja, mendorong kenaikan suku bunga, jadi akan menarik untuk melihat bagaimana pasar menghadapinya," kata John Milroy, penasihat di Ord Minnett di Sydney.
"Saya pikir ada alasan mengapa Anda mungkin berharap untuk melihat uang kembali menjadi uang tunai sebentar, dengan ekspektasi bahwa awal 2022 akan menjadi periode yang bergejolak."
Indeks Hang Seng (HSI) Hong Kong turun 1,0 persen, KOSPI Korea Selatan menyusut 0,4 persen, indeks saham Nikkei Jepang jatuh 0,13 persen dan saham Australia merosot 0,31 persen.
The Fed pada Rabu (15/12/2021) diperkirakan akan memberi sinyal penurunan yang lebih cepat dari program pembelian obligasi 120 miliar dolar AS per bulan dalam langkah untuk memerangi inflasi tinggi, yang dapat membuatnya selangkah lebih dekat untuk menaikkan suku bunga.
Dolar AS sedikit lebih tinggi menjelang pertemuan bank sentral, dengan investor mengamati kemungkinan bahwa Fed akan mulai menaikkan suku pada tahun 2022.
"Volatilitas akan tetap tinggi sepanjang semua keputusan-keputusan (ini) dari Fed, ECB, dan BOE," kata Edward Moya, analis senior di OANDA.
Bank Sentral Eropa, Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Jepang juga mengadakan pertemuan minggu ini, dan masing-masing menuju normalisasi kebijakan moneter mereka sendiri.
Kekhawatiran atas varian Omicron dari COVID-19 meningkat setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan "gelombang pasang" kasus baru, dan Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan itu menimbulkan risiko global "sangat tinggi", dengan beberapa bukti bahwa varian itu menghindari perlindungan vaksin.
Minyak berjangka melemah karena keraguan baru muncul tentang efektivitas vaksin terhadap varian virus Omicron, meskipun OPEC memperkirakan dalam laporan bulanannya bahwa dampak varian itu terhadap permintaan bahan bakar akan ringan.
Brent berjangka turun 83 sen atau 1,10 persen, menjadi diperdagangkan di 74,32 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan 8 sen atau 0,11 persen lebih rendah pada 71,21 dolar AS per barel.
Indeks dolar naik 0,27 persen, dengan euro turun tipis 0,01 persen menjadi 1,1282 dolar AS, terlihat rentan mengingat ekspektasi The Fed akan memperketat kebijakan lebih cepat daripada ECB.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan turun pada Senin (13/12/2021) dan kurva imbal hasil mendatar karena para pedagang bersiap untuk Fed yang hawkish.
Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun AS turun 6,5 basis poin menjadi 1,424 persen dan imbal hasil obligasi pemerintah AS 30-tahun turun 6,7 basis poin menjadi 1,817 persen.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021