Melbourne (ANTARA News/AAP-OANA) - Sejumlah ilmuwan dapat mengubah sel kulit menjadi sel hati, terobosan yang bisa menghapus keharusan untuk transplantasi organ pada masa mendatang.

Satu penelitian yang menggunakan tikus di Institut Shanghai untuk Ilmu Biologi telah berhasil membuat jenis utama sel hati -- yang disebut "hepatocyte" -- yang berasal dari sel kulit.

Menurut penelitian tersebut, yang diterbitkan di jurnal "Nature" edisi pekan ini, "ketika dicangkokkan ke tikus percobaan dengan luka hati, sel serupa dengan hepatocyte memenuhi hati dan mengembalikan fungsi organ tersebut".

Seorang pakar liver Australia, Profesor Geoff McCaughen, mengatakan meski sel induk pernah berhasil mencapai transisi tersebut, percobaan itu menunjukkan teknik serupa yang pertama kali berhasil pada sel kulit.

"Mereka tidak berfungsi sepenuhnya seperti sel liver normal, tetapi mereka mungkin 50 persen atau lebih berguna," kata McCaughen, kepala unit cangkok liver di Rumah Sakit Royal Prince Alfred, Sydney, Australia.

"Gen yang digunakan untuk mengubah dan membuat sel liver ... gen tersebut ditempatkan dalam sel kulit dan diciptakan agar berfungsi," jelasnya.

Liver menciptakan berbagai jenis protein, memproduksi fungsi anti-pembekuan darah, mencerna glukosa, menghilangkan racun dan mempertahankan tingkat gula darah dan energi.

"Anda tidak dapat hidup tanpa sel hati yang penting itu, bernama hepatocyte, tanpa sel itu Anda akan mati -- akibat gagal liver," katanya kepada AAP.

Para peneliti sekarang perlu menguji fungsi dari sel terprogram ulang pada tikus percobaan guna memastikan apakah akan menyebabkan gagal liver.

"Itu merupakan tujuan utamanya bahwa mereka dapat menghentikan gagal liver seutuhnya, dan pasien tidak perlu cangkok hati atau akan meninggal," katanya.

Sekitar 200 orang tercatat dalam daftar antri untuk menanti cangkok liver di Australia, dan 10 persen di antara mereka mungkin akan meninggal selagi menunggu, kata McCaughen.

Penyakit liver kronis menjadi permasalahan yang semakin meningkat di Australia, sebagian besar berkaitan dengan masalah alkoholisme, penyakit autoimun serta Hepatitis B dan C, katanya.

Selama empat tahun terakhir, terjadi peningkatan perawatan rumah sakit sebesar 30 persen karena penyakit yang berkaitan dengan liver.(*)

(Uu.KR-IFB/C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011