Kairo (ANTARA News/Reuters) - Presiden Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) Issa Hayatou menolak tuduhan bahwa dia dibayar untuk memilih Qatar agar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, sembari mengingatkan bahwa dia berhak untuk menuntut ganti rugi kepada pihak-pihak yang menghembuskan isu-isu keterlibatannya itu.
Sanggahan dilontarkan dua hari setelah diadakannya sesi dengar pendapat di Parlemen Inggris tentang kegagalan Inggris memenangi hak untuk menjadi tuan rumah piala dunia 2018.
Dalam sesi itu diungkapkan bahwa Hayatou, pemimpin sepak bola Afrika, bersama rekannya anggota komite eksekutif FIFA Jacques Anouma dari Pantai Gading menerima bayaran dari Qatar.
Hayatou, dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh CAF di Kairo, menyatakan bahwa dia "dengan tegas menolak segala tuduhan korupsi yang dialamatkan kepada dirinya".
Hayatou juga dituduh dalam kasus penyuapan pada tahun lalu oleh surat kabar mingguan sting dan dan saat ini tengah menghadapi kemungkinan penyelidikan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) dimana dia juga merupakan salah seorang anggotanya.
"Presiden CAF siap untuk bekerjasama dengan siapapun yang ingin memeriksa tuduhan itu dan dia memiliki hak untuk menuntut ganti rugi pemulihan nama baik terhadap mereka yang mempropagandakan kampanye pencemaran nama baiknya itu," demikian bunyi pernyataan itu.
Sanggahan Hayatou disampaikan setelah Qatar pada Rabu juga telah menyanggah laporan bahwa Hayatou dan Anouma telah dibayar agar memilih negara itu dalam pemilihan tuan rumah piala dunia.
Belum ada komen dari Anouma, yang baru-baru ini terpilih lagi untuk menjadi anggota komite eksekutif FIFA untuk masa jabatan empat tahun lagi.
Meskipun demikian, situs web Federasi Sepak Bola Pantai Gading yang secara berkala memberitakan tentang Anouma telah mempublikasikan sanggahan yang disampaikan oleh pemerintah Qatar.(*)
(H-OKS/A020)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011