Jambi (ANTARA News) - Seorang warga desa Kumun Hilir, Kecamatan Kumun-Debai, Kota Sungaipenuh, Jambi, menyimpan gigi-giri raksasa yang ditemukannya sejak pertengahan 2009, diduga gigi manusia purba Homo Kerincineinsis.
"Saya telah menemukan gigi-gigi ini semenjak satu setengah tahun lalu, melihat dari bentuk dan ukurannya serta kondisi sewaktu saya temukan saya berkeyakinan gigi-gigi ini adalah gigi manusia purba nenek moyang suku Kerinci, atau setidaknya ini adalah gigi Kingkong atau mungkin jenis binatang dinosaurus, makanya saya simpan," kata Pardinal (31). di Sungaipenuh, Kamis.
Menurut pengakuan warga yang bekerja sebagai penambang pasir dan batu di Sungai Kumun itu, ia menemukan empat buah gigi geraham saat membuat jalur jalan menuju pondoknya di balik sebuah bukit kecil pinggir sungai, tidak jauh dari lokasi batu Seilindrik (Batu Gong) yang telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya.
"Saat saya temukan kondisinya lengkap dengan bagian rahang dan tengkoraknya, bentuknya seperti tengkorak dari kepala Kingkong sebesar pesawat televisi 14 inci. Namun ketika saya angkat tengkorak itu hancur lebur seperti abu karena ternyata sudah sangat keropos," terangnya.
Hanya empat gigi berukuran hampir sejengkal itulah yang masih utuh dan kuat. Menurut dia dulunya ukuran gigi itu lebih sejengkal, namun bagian akar gigi yang terpancang di tulang rahangnya juga sudah keropos, hancur saat dibersihkan.
"Selain empat gigi ini, dulu waktu ditemukan juga ada dua buah gigi taring yang sangat panjang ujungnya runcing tajam seperti pisau. Kedua taring itu disimpan oleh rekan saya, tapi beberapa waktu lalu dia mengaku sepasang taring itu telah hilang," papar Pardinal.
Selain gigi-gigi yang diduga milik manusia purba itu, selama menggeluti profesi sebagai penambang pasir dan batu, dirinya mengaku sering menemukan berbagai benda aneh yang diduga peninggalan purbakala yang umumnya dalam bentuk batu.
Diantaranya ada batu yang menyerupai sandal seukuran sepatu orang dewasa, ada dua batu menyerupai Gong menempel di dinding yang disangka sarang semut. Dan ada lempengan batu kecil menyerupai kancing busana.
"Ada juga batu-batu mulia warna-warni seperti batu permata, ada juga yang dalam bentuk pecahan piring dan mangkok keramik beraksara China, dan ada juga berupa kitab berhuruf Arab mini seukuran seperempat kotak korek api," katanya.
Kesemuanya, imbuhnya, disimpan karena menyadari nilai sejarahnya. "Sebagian lainnya ada yang disimpan oleh warga lain yang merupakan rekan-rekan kerja saya. Saya akui ada beberapa orang rekan yang sudah menghilangkan dan menjual temuan kami itu," terangya.
Dia mengakui hingga saat ini telah belasan orang yang mengaku sebagai peneliti sejarah dan arkeologi datang menemui dirinya dan menawar batu-batu dan gigi-gigi ukuran raksasa yang disimpannya dengan harga yang fantastis puluhan hingga ratusan juta.
"Saya sangat menyadari, meskipun sepertinya benda-benda ini tidak bernilai ekonomi, tapi sebenarnya temuan-temuan saya ini adalah benda yang mengandung nilai sejarah tinggi yang bisa diteliti oleh para ahli untuk melacak jejek peradaban manusia purba di Kerinci."
Karena itulah, tegas Pardinal, dirinya sama sekali tidak menutup diri jika ada petugas dari pihak pemerintah baik dari Museum, BP3 atau Kemenbudpar yang datang ingin mendata atau menyimpan benda tersebut di museum.
"Namun sampai saat ini belum ada petugas dari pemerintah, yang datang selalu para kolektor atau makelar barang-barang antik, makanya saya tidak mau begitu saja menyerahkan kepada mereka," tegasnya.
Namun, dia mengakui tidak pernah melaporkan temuannya itu ke dinas instansi terkait di Kota Sungaipenuh, karena berbagai alasan seperti dirinya kurang begitu paham berurusan dengan kaum birokrat, dan juga karena kesibukannya menambang telah menyita waktunya.
"Saya menambang hampir setiap hari dari sehabis Shubuh hingga menjelang Maghrib, jadi hampir tidak ada waktu. Karena itulah jika ada yang mau membantu memediasi atau pihak Disbudpar yang datang ke sini ya akan saya serahkan ke mereka," tegasnya.
Sementara budayawan Kerinci Iskandar Zakaria yang juga pensiunan petugas BP3 Jambi di Kerinci, serta juga pengelola koleksi museum purbakala pribadi di rumahnya, mengakui dirinya belum mendapat laporan tentang adanya temuan gigi manusia purba dan batu berupa tapak sepatu itu.
"Saya belum mendengar, tapi kalau itu memang ada temuan seperti itu, ini bisa menjadi bukti baru betapa telah tuanya peradaban di Kerinci. Gigi-gigi itu bisa membuktikan kalau dulunya ada Homo Kerincineinsis di sini. Saya akan segera melihat gigi purba itu ke Kumun dalam waktu dekat," tegasnya.
(PSO-144/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011