Ketika ada musibah, respons kita seperti apa

Denpasar (ANTARA) - Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra meminta Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Bali untuk memetakan potensi ancaman dan karakteristik bencana yang kemungkinan bisa terjadi di Pulau Dewata.

"Kalau ini terpetakan dengan baik, maka ini akan menjadi dasar bagi FPRB dan pemerintah dalam menyusun rencana penanggulangan bencana ke depan," kata Dewa Indra saat menyampaikan sambutan dalam Refleksi Akhir Tahun FPRB Provinsi Bali di Denpasar, Senin.

Menurut dia, selama ini kerja sama unsur-unsur yang tergabung dalam FPRB Bali sudah berjalan dengan baik, tetapi masih perlu ditingkatkan dan diperkuat dari sisi studi atau pemetaan risiko bencana hingga pengerahan sumber daya untuk menangani bencana.

Dewa Indra yang juga mantan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali itu menambahkan, dalam pemetaan ancaman bencana tersebut dia mengajak jajaran perguruan tinggi agar lebih aktif untuk membuat studi atau kajian.

"Dengan demikian, kita bergerak dalam penanggulangan bencana tidak lagi berdasarkan pemahaman atau pengalaman sepenggal-sepenggal. Tetapi, harus berdasarkan pengalaman empiris dan sekaligus ilmu pengetahuan sehingga memiliki ketangguhan dalam pengurangan risiko bencana," ucapnya.

Dewa Indra juga mengajak komponen FPRB Bali untuk mulai berimajinasi sekiranya musibah seperti gunung meletus di Semeru, Jawa Timur terjadi di Bali.

"Ketika ada musibah, respons kita seperti apa, bagaimana kecepatan penanganan dan ketangguhan berbagai komponen dalam menghadapi risiko bencana yang tinggi tersebut? Belum lagi dihadapkan pada tekanan-tekanan yang luar biasa dari berbagai pihak," ucapnya.

Dewa Indra mencontohkan, meskipun pemerintah sudah menyiagakan sejumlah bantuan untuk korban bencana, dengan kondisi kepanikan yang tinggi saat terjadi bencana, bisa jadi pemerintah tetap dianggap lamban oleh relawan atau media.

"Semangat kita tidak boleh surut, mari kita merapatkan barisan dan menguatkan soliditas. Sinergi unsur-unsur Pentahelix yakni pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media harus terus dikuatkan. Seperti halnya sebuah sekrup, lima titik itu harus dapat saling memutar dengan baik," katanya.

Sementara itu, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Bali I Gede Sudiartha menyampaikan terima kasih atas soliditas dari semua komponen yang tergabung dalam FPRB Bali.

"Meskipun pada awalnya sempat dihadapkan pada kondisi ketidakjelasan arah dan tujuan, maupun kondisi kritis energi dan idealisme, tetapi akhirnya FPRB bisa bangkit," ucapnya.

Dalam acara Refleksi Akhir Tahun FPRB Provinsi Bali tersebut diisi dengan pemutaran video sejumlah program sosial yang telah dilaksanakan komponen yang tergabung dalam FPRB Bali.

Selain itu, untuk mengakrabkan dan melatih kekompakan komponen FPRB Bali, seluruh peserta dengan membentuk kelompok-kelompok kecil diajak untuk bermain bersama menyelesaikan sejumlah penugasan yang diberikan oleh panitia.
Baca juga: Sejumlah titik di Kuta-Bali terendam banjir
Baca juga: BNPB apresiasi Forum Pengurangan Risiko Bencana se-Provinsi Bali
Baca juga: Agen perjalanan wisata Rusia-BTB bantu korban gempa Karangasem Bali

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021