Sanaa (ANTARA News) - Seorang pemrotes Yaman tewas dan 40 orang cedera ketika pasukan keamanan dan orang-orang bersenjata yang berpakaian sipil melepaskan tembakan ke arah demonstrasi di Sanaa, ibu kota Yaman, Rabu, kata seorang petugas medis.

Korban yang tewas terkena tembakan di dada "dekat jantungnya", kata seorang petugas rumah sakit di Lapangan Universitas Sanaa kepada AFP.

Orang-orang yang terluka sebagian besar terkena tembakan di leher atau kepala, tambah petugas medis itu.

Pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah ribuan demonstran yang berpawai dari lapangan itu -- pusat protes di Sanaa -- menuju distrik dimana kantor pusat pemerintah berada, kata beberapa saksi.

Di kota pusat industri Taez, penembak gelap membunuh dua pemrotes dan puluhan orang terluka akibat tembakan senapan, gas air mata dan pentungan oleh aparat keamanan yang berpakaian sipil. Pemrotes membalas dengan membakar sebuah kantor polisi dan menutup bangunan-bangunan pemerintah.

Taez, kota terbesar kedua di Yaman, telah menjadi titik fokal protes yang menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh, yang berkuasa sejak 1978.

Pertumpahan darah itu menambah amarah publik menjelang Jumat, yang biasanya menjadi hari utama kerusuhan selama pemberontakan tiga bulan menentang kekuasaan Saleh.

Massa telah kehilangan kesabaran dengan negosiasi yang macet untuk mengakhiri kekuasaan Saleh yang telah berlangsung 33 tahun, dan kekerasan meningkat di Yaman, sebuah negara dimana setengah penduduknya memiliki senjata api.

Dalam pawai Rabu di Sanaa, pemrotes berusaha mencapai gedung kabinet.

"Ini sebuah pembantaian. Mereka melepaskan tembakan dengan membabi-buta," kata Mohammed al-Qibly, seorang pemimpin gerakan protes pemuda di Sanaa, di televisi Al-Jazeera.

Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan lebih dari 150 orang.

Oposisi Yaman mendesak Saleh mengakhiri kekuasaan tiga dasawarsanya dan menyerahkan wewenang kepada deputinya untuk periode peralihan, namun usulan itu ditolak oleh pemimpin kawakan tersebut.

Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaeda, tampaknya kehilangan dukungan AS.

Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.

Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu.

Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaeda akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011