Bandung (ANTARA) - "Kalau Lempar Jumroh itu di Mekah Bukan di Kantin", kalimat itu terpampang dalam spanduk unjuk rasa siswa SMKN 15 Kota Bandung.
Siswa kelas 10 dan 11 SMKN 15 Bandung pada Rabu pagi menggelar unjuk rasa di lapangan sekolah. Mereka minta agar sekolah menindak guru yang mereka tuduh melakukan kekerasan terhadap murid.
Korban dugaan tindak kekerasan itu adalah siswa bernama Romi Andrian. Romi mengaku dilempar dengan batu bata oleh seorang gurunya usai Upacara Hari Pendidikan Nasional.
"Saya ditimpuk batu bata oleh Pak A (inisial) usai Upacara Hardiknas di sekolah," kata Romi, siswa kelas 10 jurusan Akomodasi Perhotelan.
"Habis upacara, saya dan teman saya, Ikbal jajan ke kantin karena belum sarapan. Setelah itu, Pak A tiba-tiba datang dan langsung marahin anak-anak," kata Romi.
Romi dan Ikbal lari ke belakang kantin sekolah untuk menghindari kemarahan gurunya tersebut.
"Saya dan Ikbal ngumpet di belakang kantin, ketahuan sama Pak Ari, dan dari jarak tiga meter saya ditimpuk pakai bata," kata Romi.
Awalnya, Romi tidak menyadari bahwa kepala mengeluarkan darah usai ditimpuk. "Saya ngak tahu kalau kepala saya berdarah, tahunya pas dihukum dijemur di lapangan, kata teman saya kepala berdarah," katanya.
Romi mengatakan, akibat kejadian tersebut dirinya menderita luka di bagian kiri belakang kepalanya. "Habis dilempar batu bata itu, saya sekarang kadang-kadang suka mual dan pusing," ujarnya.
Sekitar pukul 13.30 WIB Kadisdik Kota Bandung Oji Mahroji mendatangi ke SMKN 15 Kota Bandung untuk mengikuti rapat internal membahas kejadian tindak kekerasan tersebut(KR-ASJ/Y008)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011