"Harga komoditas energi yang terus menguat, membuat mata uang dolar AS kembali melemah. Pelemahan dolar AS itu membuat mata uang Asia termasuk mata uang dalam negeri menguat," kata analis valas Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan, setelah dua kali mengalami deflasi, inflasi kumulatif sejak Januari hingga April 2011 baru tercatat 0,39 perseen (ytd) atau hanya 1,17 persen annualized (disetahunkan).
"Posisi itu masih cukup rendah dibandingkan target inflasi Bank Indonesia (BI) dan asumsi makro dalam APBN 2011," kata dia.
Disaat yang sama, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2011 yang sedikit lebih rendah juga akan menjadi pertimbangan BI untuk mempertahankan BI rate tetap di 6,75 persen.
Ia mengatakan, sedangkan ekspektasi inflasi tiga bulan mendatang akan naik dari deflasi 4,7 persen pada survei indeks keyakinan konsumen (IKK) Maret menjadi inflasi 0,5 persen pada survei IKK April.
"Kendati harga pangan dunia naik, tetapi Indonesia masih mencatat deflasi dalam dua bulan terakhir. BI lebih memilih penguatan mata uang rupiah dibandingkan menaikkan suku bunga," katanya.
Ia menambahkan, beberapa negara Asia lain seperti Thailand, Filipina, Singapura, Malaysia dan India telah menaikkan suku bunga acuannya dan menguatkan nilai tukarnya.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011