Di dalam satu pernyataan yang dikirim ke New York Times, putra Osama mempertanyakan mengapa ayah mereka "tidak ditangkap dan diadili di satu pengadilan" hukum sehingga kebenaran bisa terungkap kepada rakyat di seluruh dunia.
Osama bin Laden tewas oleh pasukan AS pada 2 Mei, setelah dilacak sampai ke satu rumah di Pakistan --tempat ia diduga telah tinggal selama bertahun-tahun, kendati ada perburuan internasional bagi orang "yang dituding sebagai otak serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat".
Pernyataan tersebut, yang mencela cara ayah mereka dibunuh, dikatakan disiapkan dengan pengarahan putra Osama --Omar bin Laden (30)-- dan juga menyerukan pembebasan tiga istri pemimpin Al-Qaida tersebut serta anak mereka.
"Kami berkeras pembunuhan secara sewenang-wenang bukan penyelesaian bagi masalah politik," kata pernyataan itu.
Pernyataan tersebut juga mempertanyakan kelayakan pembunuhan semacam itu, yang bukan hanya telah melanggar hukum internasional secara terang-terangan.
Para pejabat Pakistan telah mengatakan istri Osama, semuanya berkebangsaan Yaman atau Arab Saudi, ditemukan dari rumah di Abbottabad setelah serangan tersebut dan 13 anak mereka.
Istri Osama, Amal Ahmed Abdulfattah --berkebangsaan Yaman, ditembak di kaki selama operasi Navy Seal AS --yang menewaskan suaminya.
Omar bin Laden, yang dikatakan New York Times adalah putra Osama bin Laden, dan istrinya yang lain, Najwa bin Laden, mengutuk penembakan itu di dalam pernyataan tersebut.
"Kami ingin mengingatkan dunia bahwa Omar bin Laden, putra keempat dari ayah kami, sejak dulu selalu tak sependapat dengan ayah kami mengenai aksi kekerasan dan selalu mengirim surat kepada ayah kami. Omar menganjurkan Osama mengubah caranya dan tak menyerang warga sipil dalam kondisi apa pun," kata pernyataan tersebut.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011
juga bilang sudah takdir matinya di bom.
Tuh waktu Amrozi cs habis ngebom dan di interviu bilangnya begitu.