Boyolali (ANTARA News) - Warga di lereng Merapi diimbau agar mewaspadai penyakit pes dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menjauhkan makanan dari hewan tikus.
Warga Merapi harus menutupi makanan dan menghindari kontak dengan hewan tikus, kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Yulianto Prabowo di Boyolali, Selasa.
Hal tersebut, kata dia, karena kawasan hutan Gunung Merapi masih menjadi endemis penyakit pes. Hal ini terbukti dari hasil penelitian pada tikus hutan di Merapi yang ternyata mengandung kuman pes.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau warga tetap menjaga pola hidup sehat, karena pascaerupsi Merapi ada kemungkinan tikus hutan turun dan berpotensi transmisi tinja ke tikus rumahan.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau agar warga menghindari kontak langsung dengan tikus dan semua makanan selalu tertutup, supaya tidak dijamah tikus.
"Kami khawatir akibat erupsi Merapi, tikus hutan turun gunung ke pemukiman warga," katanya.
Menurut dia, selama tikus-tikus tersebut tetap di hutan tidak masalah, tetapi akibat erupsi Merapi sangat memungkinkan tikus itu pindah ke pemukiman warga.
Namun, pihaknya hingga saat ini belum ada menemukan kasus penularan penyakit pes pada manusia.
Sementara Dinkes Boyolali juga melakukan antisipasi wabah pes dengan menyurvei ratusan ekor tikus di daerah rawan seperti kawasan Gunung Merapi di Kecamatan Selo.
Menurut Aris Setyono, petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Selo, pihaknya melakukan antisipasi penyakit pes dengan membagikan 1.250 perangkat tikus (trap) kepada warga kawasan Merapi.
Ada lima desa di Kecamatan Selo yang menjadi target, yaitu Tlogolele, Lencoh, Samiran, Selo, dan Tarubatang. Dinkes membagikan trap atau perangkap tikus dimana setiap desa menerima masing-masing sebanyak 250 trap. Trap itu harus dipasang di depan rumah warga.
Petugas kader kesehatan desa pada pagi harinya melakukan pengecekan ke rumah warga untuk melihat apakah alat perangkat mendapatkan tikus. Kegiatan itu dilakukan lima hari bertutut-turut, kemudian dilakukan tes serologi (cek darah) dan diambil kutunya.
Dari hasil surveilens tersebut akan diamati sehingga diharapkan Selo betul-betul bebas dari penyakit pes.(*)
(U.B018/R014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011