Kami sangat lemah dalam pembinaan dan standardisasi fasilitas panjat tebing, hanya segelintir daerah saja yang mempunyai fasilitas yang sudah memenuhi standar, jadi kami fokus untuk membenahi itu ...

Jakarta (ANTARA) - Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2021 di Jakarta, Jumat memutuskan bakal mensukseskan kejuaraan International Federation of Sport Climbing (IFSC) World Cup 2022 di Bali karena dinilai banyak keuntungannya.

Ketua Umum FPTI Yenny Wahid dalam keterangan resminya mengatakan selain untuk meraih prestasi, kejuaraan tersebut akan dijadikan momen untuk lebih memasyarakatkan panjat tebing kepada publik.

'FPTI berkomitmen untuk memajukan panjat tebing Indonesia dan lebih mengenalkannya kepada masyarakat, apalagi tahun depan kami menjadi tuan rumah IFSC World Cup 2022. Ini adalah momen yang tepat," katanya.

Baca juga: Federasi Panjat Tebing Internasional puji kualitas atlet Indonesia

Ia juga menilai gelaran IFSC World Cup 2022 nanti sebagai momentum kebangkitan bangsa dari krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.

“Selain menjadi hajat besar kami FPTI, IFSC juga saya harapkan bisa menjadi simbol momentum kebangkitan kita dari krisis yang berlangsung akibat pandemi COVID-19,” katanya menambahkan.

Menurutnya, simbol kebangkitan tersebut akan dijadikan momentum untuk meraih prestasi di rumah sendiri. Selama ini, lanjut Yenny, atlet panjat tebing Indonesia sudah banyak meraih prestasi di pentas internasional khususnya di nomor cabang speed.

Untuk itu, lanjut dia, FPTI akan melakukan sejumlah program demi meraih prestasi lebih banyak lagi khususnya untuk IFSC WC 2022 tahun depan dengan fokus kepada pembinaan dan standardisasi serta sertifikasi.

Baca juga: Raharjati Nursyamsa kalahkan catatan waktu rekor dunia panjat tebing

Sementara itu, sejumlah pengurus pusat dan provinsi menilai hal yang sama, bahwa kelemahan panjat tebing Indonesia saat ini terletak pada pembinaan dan standardisasi serta sertifikasi fasilitas yang ada.

Belajar dari PON Papua lalu, salah satu atlet FPTI berhasil memecahkan rekor dunia, namun urung mendapatkan penghargaan karena fasilitas kompetisi tidak memenuhi standar internasional.

“Kami sangat lemah dalam pembinaan dan standardisasi fasilitas panjat tebing, hanya segelintir daerah saja yang mempunyai fasilitas yang sudah memenuhi standar, jadi kami fokus untuk membenahi itu semua demi pemerataan dan juga demi prestasi di masa depan,” kata salah satu pengurus FPTI, Dadang.

Selain itu, demi lebih mengenalkan panjat tebing kepada publik, FPTI juga akan melakukan kerja sama dengan sejumlah pihak untuk membangun small climbing di tempat-tempat vital yang menjadi titik kumpul masyarakat untuk lebih mengenalkan dan membuat akrab masyarakat kepada olahraga ini.

Baca juga: Tim juara umum panjat tebing PON Papua diisi atlet usia 20-31 tahun

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021