semua ini masih under investigationJakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) varian virus Omicron yang hingga saat ini masih belum menyebabkan kematian dan masih diinvestigasi oleh para ahli.
"Sejauh ini varian Omicron masih under investigation untuk beberapa bagian. Tapi Omicron ini dianggap menular dengan cepat dan banyak," kata Kepala Bidang Pengembangan Profesi PAEI Masdalina Pane dalam diskusi daring mengenai varian virus Omicron yang diselenggarakan oleh Media Indonesia dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.
Varian Omicron ditetapkan sebagai variant of concern (VOC) oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada akhir November 2021.
Baca juga: Inggris laporkan kasus baru harian varian Omicron hampir dua kali lipat
Baca juga: Kemenkes sediakan 30 kit pendeteksi Omicron berbasis RNA
Sejumlah syarat varian virus ditetapkan sebagai VOC yaitu memiliki transmisi virus yang lebih cepat dan banyak dibandingkan varian sebelumnya, lebih ganas atau menyebabkan perburukan lebih dari varian sebelumnya, kebal terhadap vaksinasi yang sudah ada, mempengaruhi alat diagnostik yang sudah ada, dan mempengaruhi standar pengobatan yang sudah ada.
Masdalina menyebut bahwa penelitian mengungkapkan varian Omicron memiliki laju transmisi 10 hingga 40, artinya dari satu orang yang positif COVID-19 varian Omicron bisa menulari mulai dari 10 hingga 40 orang yang berada di sekitarnya. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari varian virus pertama yang berasal dari Wuhan yaitu laju transmisi 2 hingga 4, dan laju transmisi varian Delta yang mencapai 6 sampai 8.
Saat ini, lanjut Masdalina, para ahli sedang mengonfirmasi mengenai kemungkinan adanya kasus kematian akibat Omicron. "Memang saat ini didapatkan hasil bahwa belum ada yang meninggal karena Omicron. Tetapi itu akan dikonfirmasi, karena peningkatan kasus di Afrika juga meningkatkan jumlah kematian di sana," kata dia.
Baca juga: Singapura temukan penularan lokal pertama Omicron
Sejumlah syarat varian virus ditetapkan sebagai VOC yaitu memiliki transmisi virus yang lebih cepat dan banyak dibandingkan varian sebelumnya, lebih ganas atau menyebabkan perburukan lebih dari varian sebelumnya, kebal terhadap vaksinasi yang sudah ada, mempengaruhi alat diagnostik yang sudah ada, dan mempengaruhi standar pengobatan yang sudah ada.
Masdalina menyebut bahwa penelitian mengungkapkan varian Omicron memiliki laju transmisi 10 hingga 40, artinya dari satu orang yang positif COVID-19 varian Omicron bisa menulari mulai dari 10 hingga 40 orang yang berada di sekitarnya. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari varian virus pertama yang berasal dari Wuhan yaitu laju transmisi 2 hingga 4, dan laju transmisi varian Delta yang mencapai 6 sampai 8.
Saat ini, lanjut Masdalina, para ahli sedang mengonfirmasi mengenai kemungkinan adanya kasus kematian akibat Omicron. "Memang saat ini didapatkan hasil bahwa belum ada yang meninggal karena Omicron. Tetapi itu akan dikonfirmasi, karena peningkatan kasus di Afrika juga meningkatkan jumlah kematian di sana," kata dia.
Baca juga: Singapura temukan penularan lokal pertama Omicron
Baca juga: Satgas tegaskan varian Omicron belum ditemukan di Indonesia
Sejauh ini, penelitian juga masih mengonfirmasi apakah varian Omicron berdampak lebih buruk pada kelompok yang berisiko tinggi seperti lansia ataupun orang dengan komorbid. Hal itu dikarenakan hingga saat ini Omicron masih menginfeksi orang usia produktif.
Namun ada pula dugaan yang menyebutkan bahwa Omicron berpengaruh lebih buruk pada orang yang mengidap penyakit HIV. "Seperti yang kemarin diduga penderita HIV, karena cukup besar prevalensi HIV di sana. Tapi semua ini masih under investigation, dan semua negara sudah melakukan berbagai persiapan untuk melakukan cegah tangkal supaya tidak masuk ke negaranya," kata dia.
Masdalina menyebutkan bahwa kehebohan tentang Omicron belakangan ini dimaksudkan agar setiap seluruh negara di dunia bisa lebih waspada dan ansitipatif agar varian baru tersebut tidak menyebar lebih luas seperti halnya varian Delta.
Baca juga: Satgas: Varian COVID-19 baru akan terus ada selama terjadi penularan
Sejauh ini, penelitian juga masih mengonfirmasi apakah varian Omicron berdampak lebih buruk pada kelompok yang berisiko tinggi seperti lansia ataupun orang dengan komorbid. Hal itu dikarenakan hingga saat ini Omicron masih menginfeksi orang usia produktif.
Namun ada pula dugaan yang menyebutkan bahwa Omicron berpengaruh lebih buruk pada orang yang mengidap penyakit HIV. "Seperti yang kemarin diduga penderita HIV, karena cukup besar prevalensi HIV di sana. Tapi semua ini masih under investigation, dan semua negara sudah melakukan berbagai persiapan untuk melakukan cegah tangkal supaya tidak masuk ke negaranya," kata dia.
Masdalina menyebutkan bahwa kehebohan tentang Omicron belakangan ini dimaksudkan agar setiap seluruh negara di dunia bisa lebih waspada dan ansitipatif agar varian baru tersebut tidak menyebar lebih luas seperti halnya varian Delta.
Baca juga: Satgas: Varian COVID-19 baru akan terus ada selama terjadi penularan
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021