Jakarta (ANTARA) - Gua Jepang di Biak Numfor selama ini masih kalah pamor dengan beberapa lokasi wisata historis lain di Indonesia, padahal Gua Jepang ini memiliki banyak cerita sejarah yang begitu kuat di dalamnya.
Kuatnya cerita sejarah mengenai Gua Jepang di Biak Numfor ini menjadikan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yakin bahwa objek wisata ini bisa jadi destinasi wisata unggulan yang kian terkenal dan menarik banyak wisatawan selama dikelola dengan standard global.
Direktur Pengembangan Destinasi II Kemenparekraf Wawan Gunawan mengatakan bahwaGua Jepang di Biak Numfor ini memiliki potensi yang luar biasa bahkan mampu menyandingi Museum War Remnants di Vietnam, asal terus dikemas dengan standar global.
Gua Jepang merupakan salah satu destinasi unggulan di Kabupaten Biak Numfor. Gua Jepang awalnya adalah gua alami yang sering digunakan masyarakat setempat sebagai tempat beristirahat. Di dalam gua juga terdapat mata air yang sering dipakai masyarakat untuk keperluan sehari-hari sebelum akhirnya dimanfaatkan tentara Jepang.
Baca juga: 12 "bucket list" destinasi untuk liburan di 2022
Baca juga: Aktivitas & akomodasi yang diprediksi jadi tren pariwisata tahun 2022
Gua Jepang atau sering disebut Abyab Binsari oleh masyarakat setempat memiliki arti gua Nenek. Menurut cerita warga setempat, zaman dulu ada seorang nenek yang tinggal di sekitar gua ini. Namun setelah tentara Jepang datang, nenek itu kemudian menghilang tanpa jejak.
Tentara Jepang pertama kali mendarat ke Biak pada tahun 1943 dengan jumlah tentara kurang lebih 10.000. Tersebar dari gua Jepang, Biak Utara, Biak Barat, Biak Timur, Ambroben Sup, sampai ke Supiori.
Tentara Jepang kemudian membangun benteng-benteng pertahanan di pinggiran pantai sampai ke hutan dan gua-gua yang ada di hutan. Khusus di gua Jepang terdapat sebanyak 3.000 personel tentara Jepang, yang kemudian menjadikan gua tersebut sebagai pusat logistik dan juga tempat persembunyian tentara jepang di bawah Komando Kolonel Kuzume.
Sekitar tahun 1944, tentara sekutu yang berada di bawah kepemimpinan Jenderal Douglas McArthur mengetahui jika pusat Logistik tentara Jepang berada di Biak. Maka pada 7 Juni 1944, sekutu langsung menjatuhkan bom dan drum-drum bahan bakar di atas gua Binsari ini, yang mengakibatkan lebih dari 3.000 tentara Jepang tewas.
Sekitar tahun 1980, gua Jepang ditetapkan sebagai salah satu objek wisata sejarah perang dunia ke-II. Benda-benda yang ditemukan di area ini diantaranya adalah senjata, baik senjata ringan maupun senjata berat, peluru, helm atau topi-topi tentara jepang. Selain itu juga ada pesawat jepang, bom, peralatan makan minum, samurai, pistol dan alat-alat kedokteran seperti obat-obatan, kemudian benda - benda dari sekutu.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendorong penguatan destinasi wisata unggulan di Kabupaten Biak Numfor, Papua, sebagai destinasi berkualitas dan berkelanjutan agar menarik lebih besar minat wisatawan dan kebangkitan ekonomi.
Wawan Gunawan didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor, Ony Dangeubun meninjau pembangunan destinasi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pariwisata tahun 2021 yaitu Goa Jepang, Distrik Samofa, di sela-sela persiapan Fasilitasi Sentra Vaksinasi di Biak Numfor yang didukung oleh Kemenparekraf.
Baca juga: Selama pandemi, tren berwisata mengalami perubahan
Selain itu, mereka juga meninjau pembangunan panggung kesenian di Kawasan Museum Cendrawasih Distrik Biak Kota, Rest Area Wardo Distrik Biak Barat dan Waterblow Tanjung Saruri Distrik Yawosi, serta peninjauan persiapan pembangunan di Pantai Yennyabo Sorido, Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor melalui DAK Tahun 2022.
Wawan menjelaskan, Kemenparekraf/Baparekraf berkomitmen mendukung Pengembangan Destinasi di Biak Numfor sejalan dengan Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Destinasi Pariwisata Pengembangan (DPP) Biak-Teluk Cendrawasih.
"Penyiapan destinasi Biak Numfor yang berkualitas, berdaya saing, terintegrasi dan berkelanjutan. Bisa diperkuat dengan pembuatan calender of event yang menarik, travel patten kemasan paket-paket wisata sejarah dan religi ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisman dan wisnus dengan narasi story telling yang kuat dan menarik," kata Wawan.
Di kesempatan itu Wawan mengapresiasi komitmen kuat dari pemerintah daerah setempat, khususnya Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap dalam mengembangkan pariwisata Biak Numfor yang sangat strategis seperti wisata Gua Jepang ini. Hal itu dilihat dari beberapa pelaksanaan dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK) di Bidang Pariwisata sejak Tahun Anggaran 2017 -2021 yang telah dilaksanakan dengan tepat sasaran, tepat anggaran dan tepat manfaat di destinasi tersebut. Serta dukungan DAK Pariwisata berkelanjutan di 2022-2024.
Begitu juga dengan didirikannya gedung kesenian sebagai sarana dan prasarana ruang kreatif kepada masyarakat, komunitas dalam berekspresi untuk mendukung atraksi wisata budaya Biak Numfor. Nantinya berbagai komunitas seni dan budaya bisa tampil dan juga para pelaku ekraf, kuliner, musik, bisa saling bergandeng tangan untuk melakukan aktivitas yang berkelanjutan.
"Tentu hal ini akan berdampak memberikan nilai tambah dalam mempercepat pergerakan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat Biak Numfor," ujar Wawan.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor, Ony Dangeubun, mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasi kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang telah berkomitmen mendukung pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Biak Numfor.
"Pemerintah Kabupaten Biak Numfor mengapresiasi dan berterima kasih atas komitmen Kemenparekraf/Baparekraf yang terus mendukung pengembangan destinasi di Biak Numfor. Kami berharap dukungan untuk Biak Numfor akan terus berjalan di tahun-tahun berikutnya," ujar Ony.
Dengan membuka potensi pariwisata Gua Jepang di Biak Numfor tentu akan mengembangkan potensi pariwisata lain di wilayah ini. Sejalan dengan perkembangan pariwisata di Biak Numfor secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian dan industri kreatif di Biak Numfor.
Baca juga: Menjejaki Hutan Pusuk Lombok, hasil keringat Romusha
Baca juga: Situs sejarah Kota Kupang ditata jadi destinasi wisata
Baca juga: Bunker dan gua peninggalan Jepang dipugar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021