Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan sepuluh masalah utama yang dibahas oleh para pemimpin Perhimpunaan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam pertemuan selama dua hari di Indonesia.
Masalah pertama, menurut Presiden Yudhoyono dalam konferensi pers menjelaskan hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN di Balai Sidang, Jakarta, Minggu, adalah konektivitas ASEAN yang diharapkan dapat memudahkan mobilitas barang, jasa, dan manusia sekaligus mengurangi kesenjangan ekonomi di antara negara-negara Asia Tenggara.
"Kami para pemimpin ASEAN menggarisbawahi bahwa tujuan untuk membangun konektivitas ASEAN itu harus segera diwujudkan. Oleh karena itu `master plan` yang berkaitan dengan ASEAN connectivity semua sependapat untuk ditindaklanjuti," tuturnya.
Semua anggota ASEAN, menurut dia, hendaknya melakukan upaya untuk meningkatkan keterhubungan di dalam negaranya maupun secara regional dengan negara-negara terdekat.
Sedangkan hal kedua yang dibahas oleh para pemimpin negara ASEAN, kata Presiden Yudhoyono, adalah masalah ketahanan pangan dan energi.
"Kami sepakat untuk bersama-sama melakukan kerja sama regional menghadapi ancaman kecukupan pangan, terutama harganya dan juga kecukupan atau ketahanan energi," ujarnya.
ASEAN, lanjut dia, selain sepakat meningkatkan kerja sama investasi dan penelitian untuk meningkatkan produktivitas pangan juga ingin melanjutkan kerjasama dengan mitra plus tiganya dalam membangun cadangan pangan pada tingkat kawasan yang lebih luas.
Hal ketiga yang menjadi sorotan pemimpin negara ASEAN dan juga dunia adalah konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja.
"Pemimpin ASEAN memiliki sikap yang sama dan mendorong baik Thailand dan Kamboja untuk memilih `peaceful solution` mencegah terjadinya ekskalasi konflik dan segera melakukan semua upaya untuk mencegah terjadinya kontak tembak di antara kedua militer Kamboja maupun Thailand," tutur Presiden Yudhoyono.
Sedangkan hal keempat yang dibahas oleh pemimpin ASEAN berkaitan dengan arsitektur regional guna meningkatkan peran ASEAN di dalam forum-forum lain seperti APEC dan juga forum regional ASEAN.
Hal kelima yang dibahas oleh ASEAN pada KTT ke-18 di Jakarta adalah mengubah ASEAN menjadi organisasi yang berbasis pada masyarakat sehingga melibatkan hubungan antar rakyat dari negara-negara Asia Tenggara.
Sedangkan hal keenam yang dibicarakan adalah perlunya kerjasama yang terus menerus dan semakin efektif untuk menangani bencana alam. ASEAN, menurut Presiden Yudhoyono, telah sepakat untuk meningkatkan pelatihan dan simulasi penanganan bencana alam secara bersama-sama.
Hal ketujuh dan kedelapan yang dibahas oleh pemimpin negara ASEAN adalah materi yang akan dibawa pada KTT Asia Timur di Bali pada November 2011 yang akan dihadiri juga oleh mitra baru ASEAN di wilayah Asia Timur yaitu Amerika Serikat dan Rusia serta kerja sama area antara negara-negara Asia Tenggara.
Sedangkan hal kesembilan yang menjadi sorotan dalam KTT ke-18 ASEAN adalah permohonan Timor Leste yang mengajukan proposal untuk dipercepat menjadi anggota ASEAN.
Menurut Presiden, semangat dari pemimpin negara ASEAN sebenarnya menerima Timor Leste karena secara geografis Timor Leste memang berada di Asia Tenggara.
"Yang dibicarakan adalah menyangkut kesiapan Timor Leste, kapasitasnya, kesiapannya untuk memenuhi kewajiban maupun kewajiban ASEAN sendiri untuk menerima keanggotaaan Timor Leste," jelas Presiden.
Karena itu, para pemimpin negara ASEAN sepakat untuk membahas lebih lanjut permohonan Timor Leste itu dalam KTT mendatang pada November 2011 setelah menerima rekomendasi dari masing-masing menteri luar negeri tentang kesiapan Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN.
"Kita juga harus ikut membantu kapasitas Timor Leste agar pada saatnya nanti bisa menjadi anggota ASEAN," ujarnya.
Sedangkan hal kesepuluh yang dibahas dalam KTT ke-18 ASEAN adalah proposal Myanmar untuk menjadi Ketua ASEAN pada 2014 menggantikan giliran Laos.
Presiden Yudhoyono menyatakan pada dasarnya pimpinan ASEAN tidak keberatan dengan proposal yang diajukan oleh Laos itu.
Namun, menurut dia, Myanmar diharapkan oleh ASEAN untuk terus menjalankan demokrasi dan rekonsiliasi sehingga ketika nanti menjadi ketua ASEAN tidak ada lagi penglihatan negatif dunia terhadap Myanmar.(*)
(T.D013*F008*G003/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011