Jakarta (ANTARA News) - Ketua ASEAN Leadership Forum ke-8 Aburizal Bakrie mengingatkan tentang minimnya pergerakan manusia, khususnya tenaga kerja secara bebas di negara-negara anggota ASEAN.

"Ada semacam ironi di sini, karena kita telah sangat maju dalam perdagangan bebas dan jasa, tapi kita belum melakukan sesuatu yang signifikan untuk menjamin dan melindungi pergerakan masyarakat secara bebas. Kita nampak suka uang, tapi bukan masyarakat," katanya dalam pidato tertulis, pada forum yang dihadiri Wapres Boediono, PM Malaysia Dato Sri Mohamad Nadjib, Senior Menteri Kamboja Cham Prasidh, Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan, di Jakarta, Minggu malam.

Mantan Ketua Umum KADIN Indonesia itu mengatakan sejauh ini ASEAN telah berada pada arah yang benar. Namun, lanjut dia, jangan sampai lupa pada masalah krusial tentang pergerakan bebas manusia intra-ASEAN. Diakuinya, masalah itu akan membawa konsekuensi politik yang lebih rumit.

"Isu migrasi, kesepamahaman budaya, dan saling menghormati di antara masyarakat kita menjadi ujian bagi ASEAN," ujar Ical, panggilan Aburizal. Hal itu, dinilainya penting agar semangat komunitas ASEAN jangan hanya "lip service" para pemimpin di kawasan Asia Tenggara saja.

Ketua Umum Partai Golkar itu yakin ASEAN tidak akan berkembang jauh bila masyarakatnya tidak saling berhubungan dengan baik, atau bila para pemerintah di ASEAN gagal melindungi para pekerja secara hukum.

"Bisnis tidak dapat tumbuh bila masyarakat (pekerja) tidak merasa aman dan damai. Industri tidak dapat bertahan lama bila para pekerja tidak tenang dan gelisah," katanya.

Ia berharap ASEAN berkomitmen terhadap Deklarasi Cebu 2007 tentang perlindungan dan pengembangan hak-hak buruh migran. "Kita perlu memasukkan deklarasi itu sebagai salah satu pijakan dalam upaya membangun masyarakat ASEAN yang kuat di tengah komunitas global," kata Ical.

Asean Leadership Forum ke-8 itu diselenggarakan oleh Asian Strategy & Leadership Institute (ASLI), bekerja sama dengan Sekretariat ASEAN, dan Kadin Indonesia. Forum tersebut mempertemukan pemerintah, kalangan pengusaha, masyarakat sipil, dan para tokoh untuk mengkaji perkembangan komunitas ASEAN 2015 dan apa yang dapat dicapai ASEAN pada satu atau dua dekade mendatang.(*)
(T.R016/R010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011