Jakarta (ANTARA) - Media massa Spanyol serempak menyoroti nasib yang menimpa klub raksasa Barcelona yang terlempar dari kompetisi elit sepakbola Eropa, Liga Champions.
Kamis dini hari tadi Barcelona takluk 0-3 kepada Bayern Muenchen ketika saat bersamaan Benfica menang 2-0 atas Dynamo Kiev sehingga untuk pertama kali sejak musim 2003-2004 Barcelona tak bisa melenggang ke 16 besar Liga Champions.
Harian Marca mengeluarkan judul "El Hundimiento" yang artinya tenggelam, harian "AS" menurunkan headline "Al Infierno" atau "ke neraka", sedangkan Mundo Deportivo mencetak besar-besar kalimat "Bajo Cero" atau "di bawah nol."
Semua masih saja terkejut oleh kejatuhan Barcelona walau tanda-tanda kepudaran itu sudah terasa jauh sebelum pertandingan di Allianz Stadium yang tanpa penonton karena aturan pembatasan perjalanan terkait varian Omicron di Jerman.
Sepuluh tahun silam Barcelona adalah tim terbaik dalam jagat sepakbola modern namun pekan depan mereka harus melewati playoff Liga Europa guna merebut satu tiket 16 besar kompetisi kontinental kelas dua di Benua Biru itu.
Dan ini dinilai kalangan sebagai degradasi besar dalam olahraga modern. Lebih menyedihkan lagi Barca tidak bisa mengembangkan permainannya menghadapi tim yang setahun lalu menggasak mereka dengan skor 2-8.
Bahkan kalau mau Bayern bisa saja mencetak lebih dari 3-0 dalam pertandingan terakhir fase grup Liga Champions tersebut.
Faktanya Bayern begitu superior seolah bukan sedang menghadapi Barcelona yang di masa lalu selalu melahap dan meneror siapa pun lawannya.
Harian "AS" dengan tajam menguliti ketidakberdayaan Barcelona ini dengan kalimat, "Barca mementaskan pengunduran dirinya dari elit sepak bola dengan menguakkan semua kekurangannya tatkala ambruk tanpa perlawanan kepada Bayern Muenchen yang hanya bermain dengan gigi tiga dan tanpa niat mempermalukan lawan."
Dengan lebih sarkastis lagi, "AS" menganggap Bayern sebenarnya menggasak Barca 3-0 dalam sikap bagaikan harimau yang sudah kelelahan dan malas-malasan memburu anak kijang.
Baca juga: Bayern Muenchen depak Barcelona dari Liga Champions
Barcelona sendiri mengakui malam itu mereka memang di bawah kelas Bayern Muenchen. "Bayern mendominasi kami. Bayern lebih baik. Itu kenyataannya. Tetapi kami akan bekerja keras dan mencurahkan segalanya sampai hal seperti ini tak terjadi lagi," kata pelatih Barcelona Xavi Hernandez.
Bek mereka, Ronald Araujo, bahkan lebih tajam dalam berintrospeksi dengan menyebut timnya bermain buruk sekali sehingga sebenarnya kalau mau Bayern bisa mempermalukan Barca lebih parah lagi, bukan dengan hanya 3-0.
"Memang benar, saat ini kami bukan termasuk tim-tim terbaik di Eropa," kata Araujo seperti dikutip BBC.
Namun bagi orang-orang yang lekat mengikuti Barca belakangan tahun ini, kekalahan mengerikan ini tak terlalu mengejutkan.
Barcelona sudah empat kali menjuarai Liga Champions sejak terakhir bermain dalam Liga Europa pada 2004. Total mereka sudah lima kali menjuarai Liga Champions, jika digabung dengan prestasi musim 1991-1992. Namun sejak terakhir kali menjuarai Liga Champions pada 2015, mereka terus terpuruk.
Dalam empat musim terakhir kompetisi ini saja, Barcelona kalah dengan minimal kebobolan tiga gol melawan Paris Saint-Germain (dua kali), Juventus (dua kali), Roma, Liverpool dan Benfica masing-masing sekali.
Sementara Bayern Muenchen, dalam 16 bulan terakhir sudah menyarangkan 14 gol ke gawang Barcelona cuma dari tiga pertandingan, dan hanya kebobolan dua gol.
Titik balik
"Kini ada kesenjangan antara tim-tim terbaik Eropa dengan Barcelona. Kini mereka berada di liga yang berbeda di Liga Europa dan saya kira tak banyak suporter mereka yang beranggapan mereka bisa menjuarai Liga Europa," kata wartawan sepakbola Pete Jenson kepada BBC Radio 5 Live.
Menurut Jenson, Barcelona dihinggapi banyak masalah termasuk soal sponsor dan harus mengatasi dampak finansialnya kepada tim. Dan keadaan ini sudah terjadi tiga musim lalu sampai-sampai membuat mereka gagal total dalam dua atau tiga musim lalu.
"Adalah Messi yang membuat mereka tetap bertahan dalam kompetisi ini," kata Pete Jenson lagi.
Pandangan Jenson ini dibenarkan oleh kebanyakan pengamat sepakbola Eropa yang juga menunjuk apa yang terjadi di luar lapangan sebagai biang degradasi Barcelona.
Barcelona memang sedang sakit secara finansial yang lama kelamaan merusak kesehatan dan kualitas permainan mereka.
Bahkan hal ini diakui oleh bek tengah mereka, Gerard Pique, bahwa Barcelona memang kalah kelas dari Bayern karena klub Bundesliga itu dikelola jauh lebih baik ketimbang bagaimana Barcelona dikelola.
Baca juga: Laporta jamin dalam waktu 18 bulan keuangan Barca sehat lagi
Barcelona saat ini dililit utang menggunung 1,4 miliar euro yang membuat mereka tak bebas bergerak di bursa transfer, bahkan terpaksa menjual ikon-ikonnya seperti Lionel Messi dan Antoine Griezmann.
Lilitan utang itu berpengaruh besar kepada pengelolaan tim yang akhirnya mempengaruhi kualitas bermain sekalipun saat ini mereka ditangani Xavi Hernandez sang legenda.
Akhirnya, yang sering terjadi, mengutip ESPN, manakala Barca menghadapi Bayern maka klub Jerman itu yang senantiasa tampil lebih kuat, lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih terlatih.
Dan Barcelona juga kalah produktif. Bayangkan saja dalam enam pertandingan melawan Dynamo Kiev, Benfica dan Bayern, Barca hanya bisa mencetak dua gol, padahal saat bersamaan Bayern sudah membuat 22 gol.
Dalam semua kompetisi musim ini, Barca hanya bisa memasukkan 22 gol dan jumlah ini masih kalah dibandingkan dengan total 27 gol yang dibuat Robert Lewandowski seorang sepanjang musim ini.
Barca juga hanya bisa memenangkan 10 dari 24 pertandingan tandang terakhir mereka di Liga Champions, dan kalah dalam lima dari sembilan laga terakhir mereka di Liga Champions.
Bagi klub sekelas Barcelona, statistik seperti itu buruk sekali.
Kini mereka berharap Liga Europa menyelamatkan muka mereka di kancah Eropa, karena jika melihat posisi klasemen Liga Spanyol saat ini mereka masih bisa kesulitan menembus empat besar LaLiga.
Dengan mengumpulkan 23 poin, Barca saat ini tercecer pada urutan ketujuh klasemen LaLiga atau enam poin di bawah Atletico Madrid yang menduduki peringkat keempat dan 16 poin di bawah Real Madrid yang memimpin klasemen liga dengan 39 poin.
Barcelona sendiri, khususnya Xavi, menolak terus dirundung kecewa karena gagal. Xavi bertekad membalikkan peruntungan Barca dalam laga-laga berikutnya dan bahkan musim-musim mendatang.
"Saya tak suka kata gagal karena kami sudah berusaha. Kami ini Barcelona. Ini harus menjadi titik balik guna mengubah dinamika dan banyak hal," kata Xavi.
Baca juga: Xavi sedih lihat Messi terpaksa tinggalkan Barcelona
Baca juga: Xavi tentang reinkarnasi Guardiola dan DNA Barcelona
Baca juga: Lionel Messi ingin jadi sekretaris teknis di Barcelona setelah pensiun
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021